welcome to the armada blogspot. ok ok ok so pasti...........
long live education

Jumat, 22 Juli 2011

PEDOMAN PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PEDOMAN PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
9. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun l999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
11. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor;
15. Peraturan Menteri Pedidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Minggu, 10 Juli 2011

contoh proposal skripsi PAI

PENGARUH KEGIATAN TAMBAHAN BELAJAR (LES)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS DI MTs ASSALAM COKROAMINOTO MAJA KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan yang pesat di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyebabkan perubahan dan perkembangan dalam segala bidang dan menyeluruh di semua lapisan dunia termasuk Negara kita yaitu Indonesia.
Perubahan dan perkembangan zaman yang demikian pesat ini, menuntut kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara mengikuti perkembangan yang bersifat positif serta mengadakan antisipasi dan filterisasi terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya. Adapun langkah yang paling baik dan sangat dibutuhkan untuk hal tersebut adalah dengan kegiatan pendidikan terutama untuk kalangan remaja atau generasi muda.
Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

“Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan kemajuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis, bertanggung jawab, memiliki daya saing dan mampu menghadapi tantangan global”

Dengan melihat kenyataanyangkita hadapi dan program pemerintah dalam bidang pendidikan, maka saya berpendapat bahwa anak-anak (generasi muda) sebagai peserta didik harus dibekali dengan pendidikan yang seimbang antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Lembaga pendidikan yang sangat sesuai dengan hal tersebut adalah madrasah yang salah satunya adalah madrasah Tsanawiyah (MTs.) untuk siswa lulusan SD/Mi yang jika dilihat dari usianya sedang memasuki usia remaja.
Madrasah Tsanawiyah Assalam Cokroaminoto merupakan salah satu Madrasah di Kabupaten Majalengka yang mempunyai kepedulian yang sangat tinggi dalam pembinaan peserta didik sebagai generasi harapan bangsa. Dalam kiprahnya sebagai lembaga pendidikan, MTs. Assalam Cokroaminoto Maja mempunyai Visi yaitu “ Terbentuknya Generasi Masa Depan yang Beriman dan Bertaqwa, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Aktif “ (GEMA IMTAK CERIA). Adapun penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikannya, MTs. Assalam Cokroaminoto Maja menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran (KTSP) sebagaimana tuntutan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dilengkapi dan disempurnakan dengan kurikulum yang bersifat muatan lokal
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan untuk mencapai tujuan, berbagai langklah dilakukan di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja baik kegiatan akademis maupun non akademis, semua mata pelajaran diupayakan untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang tinggi terutama mata pelajaran agama termasuk didalamnya mata pelajaran Qur’an Hasits.
Qur’an Hadits merupakan mata pelajaran Agma Islam pada Madrasah yang bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Agama Islam sehingga peserta didik dapat menerapkan Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam hidup dan kehidupan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW

Artinya : Aku Tinggalkan kepadamu dua perkara yang tidak akan menyesatkanmu selama kamu berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah Dan Sunnah Rasulullah “(H. R Bukhori)


Dalam keberadaanya tersebut, implikasi dalam proses pembelajaran dan penialainya Quran Hasits harus menekankan keterrpaduan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
Dalam kenyataanya yang ada di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja, peserta didik kelas VII memiliki latar belakang yang berbeda dan bermacam-macam sehingga menunjukan perbedaan pula dalam tingkat pemahaman awal mereka terhadap pelajaran Qur’an Hadits, berbagai langkah dilakukan oleh guru yang salah satunya dengan memberikan Tambahan Belajar (Les). Dengan memberikan Tambahan Belajar (Les) diharapkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah atau mempunyai kesulitan dalam mata pelajaran Qur’an Hadits dapat mengikuti dan berusaha menyesuaikan diri.Demikian pula yang kemampuan awal lebih baik, mereka dapat lebih mengembangkan dan menyempurnakan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al Insyirah ayat 5-7 :

•   •  •        

5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al-isyrah ayat 5-7)

Dengan berdasarkan kepada latar belakang yang telah disampaikan dimuka, penulis ingin mengetahui bagaimana proses dari pembelajaran tambahan tersebut, serta bagaimana pengaruhnya terhadap hasil belajar belajar siswa. Oleh karena itu dalam pembuatan skripsi ini penulis mengambil judul : “ Pengaruh Kegiatan Tambahan Belajar (LES) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka”.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja?
2. Bagaimana proses kegiatan tambahan belajar (les) mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja ?
3. Apakah penerapan kegiatan tambahan belajar (les) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja ?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang ada dan pertanyaan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
2. Untuk mengetahui bagaimana proses kegiatan tambahan belajar (les) mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
3. Unmtuk mengetahui apakah penerapan kegiatan tambahan belajar (les) dapat meningkatkan hasil belajar Siswa pada mata pelajaran
4. Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja

D. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang telah diyakini oleh penulis untuk dijadikan titik tolak dalam memecahkan permasalahan. Menurut Winarno Surachmad (1990 : 107), lebih lanjut menje;laskan bahwa “ Anggapan dasar atau postulat adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik”
Adapun anggapan dasar yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
a. Guru mampu melaksanakan pembelajaran Qur’an Hadits dengan baik menggunakan kegiatan tambahan belajar (les) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajara Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
b. Hasil siswa pada tes awal menunjukan kemampuan yang tidak sama
c. Soal tes kompetensi diambil dari Bank soal sehingga dapat dianggap valid dan reliable
d. Nilai raport siswa kelas VII Semester I (gasl) menunjukan hasil siswa setelah mengikuti tambahan belajar (les)
2. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya ( Winarno Surachmad 1990 : 58)
Berdasarkan pendapat diatas penulis mengemukakan hopotesis yaitu “terdapat pengaruh yang signifikan penerapan kegiatan tambahan belajar (les) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka.”
Hipotesis yang dirumuskan penulis adalah :
a. Ha : Adanya pengaruh penerapan kegiatan tanbahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupatena Majalengka
b. Ho : Tidak adanya pengaruh penerapan kegiatan Tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka

E. Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar mengajar sebagai satu bentuk kegiatan yang multi variabel merupakan kegiatan pokok dalam kegiatan pendidikan.
Adapun hasil belajar sebagaimana dikemukakan Ahmadi (1984:3) adalah hasil yang di capai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.
Dalam kenyataannya baik proses maupun hasil belajar di pengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muhibin Syah (1915:132), factor-faktor tersebut terrbagi atas tiga macam yaitu :
(1) Factor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti halnya minat, bakat dan kemampuan.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar siswa seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuan guru dalam mengajar
(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran

Dengan melihat hal tersebut, untuk m,enciptakan proses dan hasiol belajar yang tepat dibutuhkan formula yang utuh dan menyeluruh dalam artti proses pembelajaran harus melibatkan seluruh siswa. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika perbedaan kemamp[uan awal siswa sangat heterogen. Dengan tambahan belajar (les), siswa dapat saling beradaptasi dal;am aktifitas belajarnya
Pada tahap awal, siswa diberikan test sebagai affersepsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil test awal tersebut dianalisis untuk kemudian diadakan pemilahan siswa berdasarkan nilai kedalam dua kelompok (batas atas dan batas bawah), siswa pada batas atas dalah siswa dengan kemampuan menengah ke atas sedangkan siswa dengan kemampuan rendah yang diindikasikan akan mempunyai kesulitanb dalam bel;ajar. Dari hasil analisis tersebut, maka guru menyusun strategi mengajar dan merencanakann langkah-langkah untuk memberikan tambahan belajar (les)
Dalam penelitian ini terdapat dua variable penelitian. Variabel pertama (variabel X) adalah Kegiatan Tambahan Belajar (les) diharapkan mampu mempengaruhi terhadap variable kedua (variabelY) yaitu hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2010/2011


Dari uraian diatas, secara sistematis dapat dilihat alur penalarannya dalam skema dibawah ini :












F. Kondisi Objektif Lapangan
a. Lokasi bertempat di MTs Assalam Cokroaminoto Maja kabupaten Majalengka, yang terletak di pinggir Jalan Raya Maja Utara
Batas-batas lokasi Bangunan MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur : Rumah penduduk
Sebelah Barat : Jalan Raya Maja utara
Sebelah Utara : Rumah penduduk
Sebelah selatan : Rumah penduduk
b. Kondisi MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka
1. Sarana dan Fasilitas MTs Assalam Coroaminoto Maja Kabupaten Majalengka
2. Keadaan Siswa
3. Keadaan guru
c. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
1. Kegiatan Intrakulikuler
2. Kegiatan Ekstrakulikuler


BAB II
KERANGKA KAJIAN TEORITIS

A. Proses Pembelajaran
1. Penertian Belajar
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kegiatan Belajar Mengajar
3. Pengertian Mengajar
B. Pelajara Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
1. Pengertian Pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
2. Dasar Pelajaran Qur’an Hadits di Tsanawiyah
3. Tujuan Pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
4. Ruang lingkup Pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
C. Kegiatan Tambahan Belajar (les)
1. Pengertian Kegiatan Tambahan Belajar (les)
2. Fungsi Kegiatan Tambahan Belajar
3. Tujuan Kegiatan Tambahan Belajar
4. Langkah-langkah Kegiatan Tambahan Belajar
D. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
2. Factor-faktor yang Mempengaruhi efisiensi Hasil Belajar



III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode
Metode penelitian yang penulis gunakan ialah metode deskriptif, yaitu metode penelitian digunakan untuk meneliti di lapangan hal-hal yang sedang terjadi. Metode deskriptif berusaha memberikan dengan sistematika dan menurut fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu. Winarno Surakhmad (1989 :139) menyatakan bahwa:
“Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengielasitikasi, penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interviu, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional”.
Adapun alasan penulis menggunakan metode deskriptif, karena dalam penelitian ini bersifat kesiswaan yang mana hal ini menuntut harus terjun ke
lapangan dalam rangka pemecahan masalah yang sedang penulis hadapi sekarang, yaitu tentang Pengaruh Kegiatan tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka. Yaitu mulamula dengan mengumpulkan data kemudian dianalisa untuk selanjutnya diadakan penafsiran penafsiran seperlunya.

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan subyek yang akan diteliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah masalah yang akan diselidiki, sebagaimana dikemukakan oleh winarno surakhmad (1989:121) bahwa : “populasi adalah jumlah tertentu dari manusia yang di selidiki secara nyatas.” Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs. Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka. Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dan sebuah populasi yang memiliki sifat sama seperti populasi, sebagaimana dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1989: 121) bahwa “sampel adalah bagian dan sebuah populasi sebagaimana memiliki segala sifat utama populasi”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel total yaitu penarikan sampel ini ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat yan dikemukan oleh Winarno Surakhmad (1989:100) yaitu “sampel yang jumlahnya sebesar populasi seringkali disebut sampel total”. Maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan alat pengumpul data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis akan tentukan alat-alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara langsung atau tidak langsungterhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung,baik disekolah maupun di luar sekolah. ( I. Jumhur dan Moh. Surya, 1975 : 51)
Penulis mengadakan observasi atau pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian guna memperoleh gambaran umum tentang situasi dan kondisi sebenarnya MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka.
b. Wawancara
Adapun menurut Winarno Surakhmad (1989 : 1974) bahwa “ wawncara atu interviu menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau sampel”. Dalam hal ini pengadakan wawancara dengan kepala sekolah dan para guru di MTs Assalam Cokroaminoto Maja
c. Angket
Angket adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data, jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan, maka dalam angket komunikasi tersebut dilakukan secara tertulis”. (I. Jumhur Moh. Surya, 1975 : 55).
Dalam penggunaan ini menggunakan angket tertutup yaitu responden memberikan jawaban secara tertulis dengan memilih salah satu alternative jawaban yang dianggap benar sesuai dengan kenyataan, penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif dan mencakup indicator dari pariabel penelitian, yang menjadi obyek pengumpiulan data yang menggunakan angket adalah siswa kelas VII MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
d. Dokumentasi
Yaitu berupa pencarian data dari dokumen, catatan dan arsip yang sesuai dengan pokok pembahasan, seperti keadaan guru, tata usaha, keadaan murid, sarana dan fasilitas yang ada di MTs Assalam Cokroaminoto Maja kabupaten Majalengka, demikian pula data tentang test awal dari niali raport siswa kelas VII semester I (gasal) MTs. Assalam Cokroaminoto Maja, mata pelajaran Al Qur’an Hadits.
2. Penyusunan alat pengumpulan data
Sebagaimana telah penulis kemukakan diatas bahwa alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Maka alat pengumpulan data tersebut penulis susun sebagai berikut :
a. Observasi
Masalah yang diangkat dalam teknik observasi ini adalah mengeani kondisi obyektif lapangan penelitian, yaitu MTs. Assalam Cokroaminoto Maja kabupaten Majalengka . adapun hal-hal yang di observasi secara terperinci yaitu:
Letak geografis MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka. Keadaan gedung dan Fasilitas belajar MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka
b. Wawancara
Sebelum melakukan wawancara dengan guru bidang study Qur’an Hadits, penulis membuat suatu pedoman wawancara agar wawancara bias lebih terarah dan mencapai tujuan.
c. Angket
Angket penulis susun untuk lebih menguatkan data yang telah ada. Angket ini disusun dalam bentuk peranyaan dengan lima alternative dari jawaban untuk di jawab oleh responden
Pertanyaan –pertanyaan angket diarahkan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang variable X (Pengaruh kegiatan tamabahn belajar (les). Untuk kepentingan ini penulis membuat 20 item pertanyaan yang masing-masing ietem terdiri dari 5 option jawaban, dengan variasi pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Disebabkan data yang diharapkan adalah data yang bersifat kuantitatif, maka tiap-tiap item pertanyaan diberi skor dengan berdasarkan kepada:
1) Setiap item mempunyai bobot skor tertinggi 5 (lima)
2) Bila pertanyaan positif skor tiap option secara berturut-turut dari a sampain e adalah 5-1. Sehingga bila responden memilih option a diberi skor 5 (lima) dan bila menjawab option e di beri skor 1 (satu)
3) Bila pertanyaan negatif: skor tiap option secara berturut-turut dari option a sampai e adalah 1-5. Sehungga bila responden menjawab a diberi skor 1 (satu) dan bila memilih alternatif jawaban e diberi skor 5 (lima)
4) Skor tertinggi yang mungkin diperpoleh responden adalah 100 sedangkan skor terendah adalah 20
d. Dokumentasi terfokus kepada upaya pencarian data (niali raport semester I kelas VII MTs Assalam Cokroaminoto Maja, mengenai test awal dan prestasi belajar siswa dalam bidang studi Qur’an Hadits.
1. Analisis Data
Data yang diolah dan di analisis berupa data kuantitatif yaitu skor angket variable X, dan nilai raport variable Y, sedangkan tes awal merupakan bahan untuk dijadikan perbandingan
a. Pengolahan data
b. Dalam teknis pengolahan data, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Setelah data dianalisis dilakukan interpretasi koefisien korelasi dengan menggunakan kategori presentase berdasarkan kriteria Kuncoroningrat (dalam Maulana, 2002 : 52) seperti dalam table berikut :
Pengelompokkan pengaruh
Skor Interpretasi
ρ² = 0%
0% < ρ² < 4%
4% < ρ² < 16%
16% < ρ² < 32%
32% < ρ² < 64%
ρ² = 64% Tidak ada pengaruh
Pengaruh rendah sekali
Pengaruh rendah
Pengaruh sedang
Pengaruh tinggi
Pengaruh tinggi sekali

c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah pengujian persyaratan statistik yang hasilnya menyatakan bahwa :
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 32 % ke atas berarti terdapat pengaruh yang tinggi dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 16 % ke atas berarti terdapat pengaruh yang sedang dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 4% ke atas berarti terdapat pengaruh yang rendah dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 0% ke atas berarti tidak ada pengaruh dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2008. Sistem Penilaian KTSP: Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pengayaan.

Jakara (1989), Departemen Agama republic Indonesia, (Edisi Revisi) Al Quran Dan Terjemahnya

Ridwan, (2005), Dasar-dasar Statistik, Bandung, Alfabet

Russeffendi, E.T. (2003), Dasar-dasar Penelitian Pendidikan, Bandung, Tarsito

Sudjana, (1989), Metode Statistika, Bandung, Tarsito

Surachmad, Winarno (1990), Pengantar Penelitian, Bandung ,Tarsito

Undang-Undang Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan (NSP)

Surya, I. Djumhur. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling) Bandung : CV. Ilmu



DAFTAR ISI


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis
E. Kondisi Objektif Lapangan
II. KERANGKA KAJIAN TEORITIS
A. Kegiatan Tambahan Belajar
B. Pelajaran Qur’an Hadits di MTs
C. Hasil Belajar
III. METODE PENELITIAN
A. Metode
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data

RAMUAN AJAIB ( KUAT SEX )

1. RAMUAN AJAIB ( KUAT SEX )
Bahan : Kuning telur ayam kampung 1 butir, pati kunyit, lada hitam, minyak wijen, bawang putih, madu.
Ket. : Semua bahan adalah 1 takaran ( satu ukuran ), misal : satu sendok besar, ya sama semua ukurannya. Untuk kunyit, lada hitam dan bawang putih, masing-masing telah diparut / dihancurkan.

Caranya : campurkan semua bahan, minum selama 3 hari ( Rabu, Kamis, dan Jum’at ). Tiap sore / malam.

2. JANTAN PERKASA ( KUAT SEX SEMALAM SUNTUK / ANTI EJAKULASI DINI / KEPERKASAAN KUAT 4 JAM LEBIH )
Caranya : Pada pagi hari anda beli sepotong/sedikit daging kambing yang warnanya paling merah diantara sekian daging yang ada ditubuh kambing yang anda beli tadi. Pada malam hari sekitar Jam 18:30 s/d Jam 19:00 ambil daging sebesar jempol anda, kemudian buatlah kopi jangan terlalu manis. Masukkan air panas lalu aduk, dalam keadaan hangat tersebut masukkan daging tadi ke dalam kopi dan gula. Tutup taruh dibawah ranjang tempat tidur anda, biarkan semalam. Pagi harinya sekitar pukul 04.30 WIB minum ramuan tadi di tempat yang gelap. Lakukan 5-7 kali baru coba dengan istri.

3. KEPERKASAAN ( BESARKAN VITALITAS )
- Gunakan otak ayam jantan yang dicampur dengan madu, usapkan pada penis anda, mudah-mudahan hubungan anda dan istri jadi tambah nikmat.
- Apabila diusapkan dengan empedu ayam betina, hubungan akan jadi erotis

4. BESARKAN ALAT VITAL
- Sebelum senggama, basuhlah dengan air hangat, sambil diurut-urut hingga memerah dan tegang, lalu usap dengan madu dan jahe. Jika membesar siap digunakan.
- (lebih permanen), lintah yang dimasukkan dalam botol berisi minyak kelapa, dijemur diterik matahari sampai bercampur. Minyaki secara rutin selama 7 hari (sore/malam) sambil diusap dengan pijatan (mengusap penis dengan minyak lintah senjata akan besar dan kuat).

5. IMPOTEN / EJAKULASI DINI / LEMAH SAHWAT
- 25 Merica + 1 buah jeruk. Caranya : Merica ditumbuk, campur dengan air jeruk purut, minum 3 kali sehari ± 1 bulan kembali normal.
- 1 buah pinang (Jambe) + kemiri = dibakar sampai hangus.
tumbuk halus 3 telur ayam kampung + madu = kuningnya saja + madu asli (secukupnya).
Ket. : Semua bahan campur + 1 gelas air panas.
Diminum pada pagi hari, ± 7 hari akan kembali jantan dan tahan lama.

Sabtu, 09 Juli 2011

TEACHER INDUCTION PROGRAM FOR BEGINNERS

TEACHER INDUCTION PROGRAM FOR BEGINNERS
Induction Programs in Some Countries
• United Kingdom: Mandatory Induction Program for all novice teachers who would qualify. Can not be appointed as an employee if it does not meet the requirements of satisfying the induction
• USA (Massachusetts): All schools must have an induction program for all teachers in the first year
• Australia: a professional obligation to support novice teachers contained in the policy of teacher professional development
Teacher induction as a factor in student achievement
Before Induction
-40% Regents diploma rate
-80 students enrolled in Advanced Placement classes with 50% achieving 3 or higher


After Induction
- 70% Regents diploma rate
- 120 students enrolled in Advanced Placement classes with 73% achieving 3 or higher

PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)
Program Induksi di Beberapa Negara
•Inggris : Mandatory Induction Program untuk seluruh guru pemula yang kualified. Tidak dapat diangkat sebagai pegawai jika tidak memenuhi persyaratan memuaskan dalam induksi
•USA (Massachusetts) : Semua sekolah harus memiliki program induksi untuk seluruh guru-guru di tahun pertama
•Australia : Kewajiban profesional untuk mendukung guru pemula yang dimuat dalam kebijakan pengembangan profesional guru
Teacher induction as a factor in student achievement

Before Induction
-40% Regents diploma rate
-80 students enrolled in Advanced Placement classes with 50% achieving 3 or higher


After Induction
- 70% Regents diploma rate
- 120 students enrolled in Advanced Placement classes with 73% achieving 3 or higher

Hey Jude

Hey Jude
by The Beatles


Hey Jude, don't make it bad.
Take a sad song and make it better.
Remember to let her into your heart,
Then you can start to make it better.

Hey Jude, don't be afraid.
You were made to go out and get her.
The minute you let her under your skin,
Then you begin to make it better.
And anytime you feel the pain, hey Jude, refrain,

Don't carry the world upon your shoulders.
For well you know that it's a fool who plays it cool
By making his world a little colder.

Hey Jude, don't let me down.
You have found her, now go and get her.
Remember to let her into your heart,
Then you can start to make it better.
So let it out and let it in, hey Jude, begin,

You're waiting for someone to perform with.
And don't you know that it's just you, hey Jude, you'll do,
The movement you need is on your shoulder.

Hey Jude, don't make it bad.
Take a sad song and make it better.
Remember to let her under your skin,
Then you'll begin to make it
Better better better better better better, oh.

Da da da da da da, da da da, hey Jude (repeat 16 times and fade out)

Jumat, 08 Juli 2011

Metoda Ilmiah

Metoda Ilmiah
Salah satu keampuhan sains yang membuatnya terus berkembang adalah adanya penerapan suatu metoda secara konsisten. Metoda ilmiah yang terdiri dari lima sampai tujuh tahapan itu biasa ditulis dalam bagian awal buku-buku sains sekolah. Metoda ilmiah tersebut diperkenalkan sebagai cara kerja bagaimana seorang ilmuwan memperoleh pengetahuan ilmiah. Sehingga diharapkan siswa memahami metoda ilmiah dan akan menggunakannya baik dalam pelajaran sains maupun di bidang lainnya. Dalam penjelasannya berbagai tahapan ini biasanya disebutkan harus dilakukan secara bertahap dalam usaha untuk memecahkan masalah ilmiah. Sehingga cara yang tidak teratur atau jalur lainnya akan mengarah pada kesalahan atau ketidaklengkapan hasil yang diperoleh.
Namun, seperti halnya terdapat ketidaksetujuan terhadap hubungan antara teori-teori sains dengan dunia nyata, terdapat juga debat yang tak kunjung usai bagaimana sains bekerja: yaitu tentang proses yang manakah suatu masalah atau pertanyaan diidentifikasi dan selanjutnya jawaban atau penyelesaian masalah yang mana akhirnya disetujui dan dihasilkan.
Metoda Induktif
Metoda induktif adalah metoda yang paling banyak ditulis dalam buku-buku teks sains sekolah. Salah satu contoh tahapannya adalah:
1. membuat observasi secara teliti
2. mencatat berbagai fakta secara tepat
3. mengorganisasikan pengamatan
4. menganalisis informasi serta menemukan keteraturan
5. membuat kesimpulan berdasar bukti pengamatan
6. mengembangkan teori
7. menggunakan teori untuk membuat perkiraan baru
Dalam berbagai tahapan di atas terlihat jelas bahwa pengamatan/observasi sangatlah menentukan. Semua tahapan ini diawali dengan pengamatan dari berbagai percobaan akan menghasilkan suatu generalisasi yang diharapkan akan menjadi teori. Implikasi langsung dari metoda induktif ini adalah seolah-olah sains adalah suatu kegiatan seorang individu ilmuwan saja. Dimana setiap langkah dapat dilakukan oleh seorang ilmuwan, baik di laboratorium maupun di lapangan tempat penelitian berlangsung. Karena dilakukan melalui proses yang logis dan teratur ini suatu hasil akan didapatkan. Yaitu suatu generalisasi yang secara tepat dapat menjelaskan alam nyata yang juga bisa membuat suatu perkiraan secara tepat.
Namun pada kenyataannya metoda ini tidak pernah digunakan secara ketat untuk menghasilkan suatu teori, justru oleh kalangan ilmuwan sendiri. Pengamatan terhadap kerja para ilmuwan menunjukkan bahwa, metoda induktif akan mempunyai keterbatasan karena terpaku pada hasil observasi saja. Proses induktif yang menekankan pada proses logis, yang bila diikuti secara seksama akan membawa seorang ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan yang memang tidak membingungkan saja. Disamping itu sains pada dasarnya bukanlah kerja seorang individu saja; salah satu sifatnya yang utama justru hubungan sosial yang kuat. Hampir semua kegiatan sains, bahkan dalam tahap awal sekalipun, dikerjakan oleh suatu kelompok ilmuwan bukan oleh individu ilmuwan. Sehingga bila seorang ilmuwan mengklaim suatu pengetahuan baru, dia harus mengungkapkannya secara terbuka pada masyarakat, sehingga hal tersebut dapat diperiksa dan divalidasi paling tidak oleh ilmuwan pada bidang yang sama. Suatu klaim individu tidak akan diterima sebagai bagian pengetahuan ilmiah kecuali hal tersebut sudah direplikasi dan diperiksa pada literatur ilmiah. Namun hal itu saat ini tidak selalu tepat, perkembangan dunia ilmu justru menunjukkan tidak selalu penemuan ilmiah akan selalu terbuka buat masyarakat banyak. Hasil riset militer atau produk konsumen tidak akan selalu mudah bisa diperoleh, padahal bagian terbesar ilmuwan yang hidup di dunia saat ini bekerja untuk dua bidang tersebut. Walaupun begitu diantara mereka selalu terdapat komunikasi untuk selalu memeriksa dan memvalidasi hasil riset rahasia mereka.
Hal lainnya yang muncul dalam metoda induktif adalah masalah netralitas pengamatan atau proses pengamatan yang objektif. Terdapat banyak bukti bahwa pengamatan terhadap hal yang sama oleh orang yang berbeda akan mendapatkan hasil yang berbeda. Hal ini bisa disebabkan oleh latar belakang pengetahuan, perbedaan keinginan dan harapan dari pengamat. Sebagai contoh riset tentang primata besar, seperti gorilla, simpanse dan orang-utan menunjukkan apa yang diamati oleh ilmuwan perempuan berbeda dengan ilmuwan pria. Sehingga keduanya menghasilkan kesimpulan riset yang berbeda.
Bagi seorang ilmuwan yang memakai metoda induktif, proses pengamatan yang netral dan konsekwensi logisnya terhadap pengetahuan ilmiah yang sah merupakan hal utama dari metoda ilmiah. Hal inilah yang membedakan sains dengan bentuk lain kegiatan manusia dan juga yang membuat sains terus berkembang. Sehingga ketelitian ilmuwan dan netralitas pengamatannya harus selalu diuji ulang.
Metoda Deduktif
Melalui metoda indukif, kita menganggap bahwa pengetahuan baru akan muncul secara langsung dari pengamatan, dan klaim pengetahuan ini dapat diperiksa atau divalidasi dengan merencanakan dan melakukan pengamatan lainnya. Tetapi metoda lainnya, yaitu metoda deduktif mempunyai pandangan berbeda terhadap metoda ilmiah. Metoda ini melihat bahwa sains justru dimulai dari masalah. Kemudian suatu dugaan atau hipotesis yang masuk akal dibuat sebagai kemungkinan jawabannya. Berbagai hipotesis yang dibuat adalah dengan menghubungkan penjelasan yang spesifik dari beberapa variable yang terlibat. Bisa jadi suatu penelitian ilmiah dilakukan dengan cara induktif, tetapi prosesnya menggunakan metoda deduktif yaitu dengan dihasilkannya pendugaan yang teliti melalui kombinasi beberapa pengamatan dan berdasar pengetahuan yang sudah ada, pengenalan analogy yang mungkin dengan situasi berbeda dan lainnya. Tahapan ini sangatlah kreatif, dan hasil yang didapat adalah pernyataan ilmiah yang sifatnya sementara. Hal ini bisa saja dihasilkan secara lambat ataupun dengan cara yang tiba-tiba, melalui ilham seorang ilmuwan.
Tahap kedua dari metoda deduktif adalah tahapan rasional atau deduktif. Jika hipotesis yang dibuat adalah benar, konsekwensi apa yang bisa disimpulkan? Untuk membuktikannya, hipotesis haruslah diperiksa atau diuji. Inilah suatu tahapan yang merupakan sifat utama dari sains. Sesuatu yang kritis dan teliti untuk menguji keabsahan. Langkah pengujian termasuk didalamnya pengamatan percobaan tertentu, disain percobaannya serta pelaksanaannya. Cara lainnya adalah dengan pengujian secara praktikal atau teoritis suatu hipotesis dengan pengetahuan lain yang sudah terbukti sah. Jika hipotesis tersebut teruji setelah melalui standar kriteria pengujian yang kritis dan memuaskan pembuatnya, maka ia akan mengumumkannya secara terbuka kepada public ilmiah. Sehingga ilmuwan lainnya dapat menguji ulang seteliti yang mereka inginkan. Jika hasilnya tetap memuaskan, maka ide tersebut akan diterima atau paling tidak sebagai pengetahuan yang telah teruji untuk penelitian selanjutnya. Hal ini bisa saja bukanlah suatu hal yang pasti benar bagi seorang ilmuwan realis, tetapi hal ini pada suatu kurun waktu tertentu menunjukkan suatu pendekatan yang baik. Bila terjadi kegagalan pada proses validasi ini biasanya memunculkan keraguan terhadap hipotesis yang diuji. Jika keraguannya sangat serius, hipotesis dapat dengan cepat ditolak. Atau bisa juga masih dipakai bila hal lain sejenis belum ada melalui kehati-hatian dan kecermatan bahwa hal itu masih bersifat sementara.
Dalam pandangan metoda deduktif, semua pengetahuan ilmiah yang kita ketahui pada suatu saat tidak lain adalah bagian dari tahapan proses kritis yang terus berlanjut. Tidak ada satupun pengetahuan ilmiah yang dapat dinyatakan sebagai kebenaran akhir. Sehingga, seberapa sahihnya suatu pengetahuan ilmiah pada saat ini, kemungkinan pada suatu masa dapat menerima kritik yang mengakibatkan pengetahuan tersebut menjadi tidak diterima atau perlu modifikasi. Sebagai contoh teori yang tidak diterima adalah kepercayaan ilmiah yang terjadi pada abad ke-19, bahwa suatu bahan mengandung phlogiston yang akan keluar saat bahan itu dibakar, penelitian ilmiah pada ilmu kimia menunjukkan sebaliknya yang terjadi, bahwa pada proses pembakaran justru bahan yang dibakar “mengambil” sesuatu dari luar (yaitu gas oksigen) dan bukannya mengeluarkan phlogiston. Sedangkan contoh pengetahuan yang dimodifikasi adalah hukum gravitasi Newton oleh Teori Relativitas Umum oleh Einstein yang secara lebih tepat menjelaskan dan memperkirakan (walaupun lebih rumit) pergerakan benda-benda besar di ruang angkasa.
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menunjukkan, banyak berbagai hipotesis baru yang hanya bisa bertahan dalam jangka waktu yang singkat. Penelitian tentang cara kerja ilmuwan di laboratorium mengungkapkan sejumlah besar hipotesis yang dibuat sebagai kemungkinan jawaban pada masalah yang dihadapi secara cepat akan ditolak baik oleh ilmuwan sendiri atau anggota dari kelompok ilmuwan yang sama. Ide-ide lain yang tetap bertahan pada tahap awal akan berakhir dengan tercetak pada jurnal riset ilmiah. Tetapi beberapa saja yang masih dapat bertahan dari kritisisme para ilmuwan lain dan hilang dari akumulasi pengetahuan ilmiah.
Pandangan metoda deduktif berbeda dari metoda induktif dalam beberapa hal. Pertama, metode deduktif mengakui pentingnya kreativitas individu atau kelompok dalam membuat hipotesis sebagai jawaban sementara yang selanjutnya akan mengalami proses pengujian yang kritis untuk menghasilkan pengetahuan yang valid. Kedua, mengakui sifat sosial dari sains yang kritis. Sehingga setiap orang dapat ikut terlibat dalam proses pengujian, tanpa pelibatan pihak lain sumbangan individu tetaplah menjadi hal yang sifatnya sementara saja. Terakhir, walaupun menempatkan tahapan pengamatan atau observasi dalam hal proses penemuan dan validasinya, pengamatan bukanlah tahapan yang selalu pertama, seperti yang dinyatakan oleh metoda induktif.