welcome to the armada blogspot. ok ok ok so pasti...........
long live education

Jumat, 22 Juli 2011

PEDOMAN PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PEDOMAN PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
9. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun l999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
11. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor;
15. Peraturan Menteri Pedidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Minggu, 10 Juli 2011

contoh proposal skripsi PAI

PENGARUH KEGIATAN TAMBAHAN BELAJAR (LES)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS DI MTs ASSALAM COKROAMINOTO MAJA KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan yang pesat di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyebabkan perubahan dan perkembangan dalam segala bidang dan menyeluruh di semua lapisan dunia termasuk Negara kita yaitu Indonesia.
Perubahan dan perkembangan zaman yang demikian pesat ini, menuntut kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara mengikuti perkembangan yang bersifat positif serta mengadakan antisipasi dan filterisasi terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya. Adapun langkah yang paling baik dan sangat dibutuhkan untuk hal tersebut adalah dengan kegiatan pendidikan terutama untuk kalangan remaja atau generasi muda.
Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

“Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan kemajuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis, bertanggung jawab, memiliki daya saing dan mampu menghadapi tantangan global”

Dengan melihat kenyataanyangkita hadapi dan program pemerintah dalam bidang pendidikan, maka saya berpendapat bahwa anak-anak (generasi muda) sebagai peserta didik harus dibekali dengan pendidikan yang seimbang antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Lembaga pendidikan yang sangat sesuai dengan hal tersebut adalah madrasah yang salah satunya adalah madrasah Tsanawiyah (MTs.) untuk siswa lulusan SD/Mi yang jika dilihat dari usianya sedang memasuki usia remaja.
Madrasah Tsanawiyah Assalam Cokroaminoto merupakan salah satu Madrasah di Kabupaten Majalengka yang mempunyai kepedulian yang sangat tinggi dalam pembinaan peserta didik sebagai generasi harapan bangsa. Dalam kiprahnya sebagai lembaga pendidikan, MTs. Assalam Cokroaminoto Maja mempunyai Visi yaitu “ Terbentuknya Generasi Masa Depan yang Beriman dan Bertaqwa, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Aktif “ (GEMA IMTAK CERIA). Adapun penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikannya, MTs. Assalam Cokroaminoto Maja menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran (KTSP) sebagaimana tuntutan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dilengkapi dan disempurnakan dengan kurikulum yang bersifat muatan lokal
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan untuk mencapai tujuan, berbagai langklah dilakukan di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja baik kegiatan akademis maupun non akademis, semua mata pelajaran diupayakan untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang tinggi terutama mata pelajaran agama termasuk didalamnya mata pelajaran Qur’an Hasits.
Qur’an Hadits merupakan mata pelajaran Agma Islam pada Madrasah yang bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Agama Islam sehingga peserta didik dapat menerapkan Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam hidup dan kehidupan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW

Artinya : Aku Tinggalkan kepadamu dua perkara yang tidak akan menyesatkanmu selama kamu berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah Dan Sunnah Rasulullah “(H. R Bukhori)


Dalam keberadaanya tersebut, implikasi dalam proses pembelajaran dan penialainya Quran Hasits harus menekankan keterrpaduan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
Dalam kenyataanya yang ada di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja, peserta didik kelas VII memiliki latar belakang yang berbeda dan bermacam-macam sehingga menunjukan perbedaan pula dalam tingkat pemahaman awal mereka terhadap pelajaran Qur’an Hadits, berbagai langkah dilakukan oleh guru yang salah satunya dengan memberikan Tambahan Belajar (Les). Dengan memberikan Tambahan Belajar (Les) diharapkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah atau mempunyai kesulitan dalam mata pelajaran Qur’an Hadits dapat mengikuti dan berusaha menyesuaikan diri.Demikian pula yang kemampuan awal lebih baik, mereka dapat lebih mengembangkan dan menyempurnakan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al Insyirah ayat 5-7 :

•   •  •        

5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al-isyrah ayat 5-7)

Dengan berdasarkan kepada latar belakang yang telah disampaikan dimuka, penulis ingin mengetahui bagaimana proses dari pembelajaran tambahan tersebut, serta bagaimana pengaruhnya terhadap hasil belajar belajar siswa. Oleh karena itu dalam pembuatan skripsi ini penulis mengambil judul : “ Pengaruh Kegiatan Tambahan Belajar (LES) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka”.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja?
2. Bagaimana proses kegiatan tambahan belajar (les) mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja ?
3. Apakah penerapan kegiatan tambahan belajar (les) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja ?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang ada dan pertanyaan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
2. Untuk mengetahui bagaimana proses kegiatan tambahan belajar (les) mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
3. Unmtuk mengetahui apakah penerapan kegiatan tambahan belajar (les) dapat meningkatkan hasil belajar Siswa pada mata pelajaran
4. Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja

D. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang telah diyakini oleh penulis untuk dijadikan titik tolak dalam memecahkan permasalahan. Menurut Winarno Surachmad (1990 : 107), lebih lanjut menje;laskan bahwa “ Anggapan dasar atau postulat adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik”
Adapun anggapan dasar yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
a. Guru mampu melaksanakan pembelajaran Qur’an Hadits dengan baik menggunakan kegiatan tambahan belajar (les) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajara Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
b. Hasil siswa pada tes awal menunjukan kemampuan yang tidak sama
c. Soal tes kompetensi diambil dari Bank soal sehingga dapat dianggap valid dan reliable
d. Nilai raport siswa kelas VII Semester I (gasl) menunjukan hasil siswa setelah mengikuti tambahan belajar (les)
2. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya ( Winarno Surachmad 1990 : 58)
Berdasarkan pendapat diatas penulis mengemukakan hopotesis yaitu “terdapat pengaruh yang signifikan penerapan kegiatan tambahan belajar (les) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka.”
Hipotesis yang dirumuskan penulis adalah :
a. Ha : Adanya pengaruh penerapan kegiatan tanbahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupatena Majalengka
b. Ho : Tidak adanya pengaruh penerapan kegiatan Tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka

E. Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar mengajar sebagai satu bentuk kegiatan yang multi variabel merupakan kegiatan pokok dalam kegiatan pendidikan.
Adapun hasil belajar sebagaimana dikemukakan Ahmadi (1984:3) adalah hasil yang di capai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.
Dalam kenyataannya baik proses maupun hasil belajar di pengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muhibin Syah (1915:132), factor-faktor tersebut terrbagi atas tiga macam yaitu :
(1) Factor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti halnya minat, bakat dan kemampuan.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar siswa seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuan guru dalam mengajar
(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran

Dengan melihat hal tersebut, untuk m,enciptakan proses dan hasiol belajar yang tepat dibutuhkan formula yang utuh dan menyeluruh dalam artti proses pembelajaran harus melibatkan seluruh siswa. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika perbedaan kemamp[uan awal siswa sangat heterogen. Dengan tambahan belajar (les), siswa dapat saling beradaptasi dal;am aktifitas belajarnya
Pada tahap awal, siswa diberikan test sebagai affersepsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil test awal tersebut dianalisis untuk kemudian diadakan pemilahan siswa berdasarkan nilai kedalam dua kelompok (batas atas dan batas bawah), siswa pada batas atas dalah siswa dengan kemampuan menengah ke atas sedangkan siswa dengan kemampuan rendah yang diindikasikan akan mempunyai kesulitanb dalam bel;ajar. Dari hasil analisis tersebut, maka guru menyusun strategi mengajar dan merencanakann langkah-langkah untuk memberikan tambahan belajar (les)
Dalam penelitian ini terdapat dua variable penelitian. Variabel pertama (variabel X) adalah Kegiatan Tambahan Belajar (les) diharapkan mampu mempengaruhi terhadap variable kedua (variabelY) yaitu hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2010/2011


Dari uraian diatas, secara sistematis dapat dilihat alur penalarannya dalam skema dibawah ini :












F. Kondisi Objektif Lapangan
a. Lokasi bertempat di MTs Assalam Cokroaminoto Maja kabupaten Majalengka, yang terletak di pinggir Jalan Raya Maja Utara
Batas-batas lokasi Bangunan MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur : Rumah penduduk
Sebelah Barat : Jalan Raya Maja utara
Sebelah Utara : Rumah penduduk
Sebelah selatan : Rumah penduduk
b. Kondisi MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka
1. Sarana dan Fasilitas MTs Assalam Coroaminoto Maja Kabupaten Majalengka
2. Keadaan Siswa
3. Keadaan guru
c. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
1. Kegiatan Intrakulikuler
2. Kegiatan Ekstrakulikuler


BAB II
KERANGKA KAJIAN TEORITIS

A. Proses Pembelajaran
1. Penertian Belajar
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Kegiatan Belajar Mengajar
3. Pengertian Mengajar
B. Pelajara Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
1. Pengertian Pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
2. Dasar Pelajaran Qur’an Hadits di Tsanawiyah
3. Tujuan Pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
4. Ruang lingkup Pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah
C. Kegiatan Tambahan Belajar (les)
1. Pengertian Kegiatan Tambahan Belajar (les)
2. Fungsi Kegiatan Tambahan Belajar
3. Tujuan Kegiatan Tambahan Belajar
4. Langkah-langkah Kegiatan Tambahan Belajar
D. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
2. Factor-faktor yang Mempengaruhi efisiensi Hasil Belajar



III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode
Metode penelitian yang penulis gunakan ialah metode deskriptif, yaitu metode penelitian digunakan untuk meneliti di lapangan hal-hal yang sedang terjadi. Metode deskriptif berusaha memberikan dengan sistematika dan menurut fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu. Winarno Surakhmad (1989 :139) menyatakan bahwa:
“Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengielasitikasi, penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interviu, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional”.
Adapun alasan penulis menggunakan metode deskriptif, karena dalam penelitian ini bersifat kesiswaan yang mana hal ini menuntut harus terjun ke
lapangan dalam rangka pemecahan masalah yang sedang penulis hadapi sekarang, yaitu tentang Pengaruh Kegiatan tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran qur’an Hadits di MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka. Yaitu mulamula dengan mengumpulkan data kemudian dianalisa untuk selanjutnya diadakan penafsiran penafsiran seperlunya.

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan subyek yang akan diteliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah masalah yang akan diselidiki, sebagaimana dikemukakan oleh winarno surakhmad (1989:121) bahwa : “populasi adalah jumlah tertentu dari manusia yang di selidiki secara nyatas.” Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs. Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka. Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dan sebuah populasi yang memiliki sifat sama seperti populasi, sebagaimana dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1989: 121) bahwa “sampel adalah bagian dan sebuah populasi sebagaimana memiliki segala sifat utama populasi”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel total yaitu penarikan sampel ini ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat yan dikemukan oleh Winarno Surakhmad (1989:100) yaitu “sampel yang jumlahnya sebesar populasi seringkali disebut sampel total”. Maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan alat pengumpul data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis akan tentukan alat-alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara langsung atau tidak langsungterhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung,baik disekolah maupun di luar sekolah. ( I. Jumhur dan Moh. Surya, 1975 : 51)
Penulis mengadakan observasi atau pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian guna memperoleh gambaran umum tentang situasi dan kondisi sebenarnya MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka.
b. Wawancara
Adapun menurut Winarno Surakhmad (1989 : 1974) bahwa “ wawncara atu interviu menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau sampel”. Dalam hal ini pengadakan wawancara dengan kepala sekolah dan para guru di MTs Assalam Cokroaminoto Maja
c. Angket
Angket adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data, jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan, maka dalam angket komunikasi tersebut dilakukan secara tertulis”. (I. Jumhur Moh. Surya, 1975 : 55).
Dalam penggunaan ini menggunakan angket tertutup yaitu responden memberikan jawaban secara tertulis dengan memilih salah satu alternative jawaban yang dianggap benar sesuai dengan kenyataan, penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif dan mencakup indicator dari pariabel penelitian, yang menjadi obyek pengumpiulan data yang menggunakan angket adalah siswa kelas VII MTs. Assalam Cokroaminoto Maja
d. Dokumentasi
Yaitu berupa pencarian data dari dokumen, catatan dan arsip yang sesuai dengan pokok pembahasan, seperti keadaan guru, tata usaha, keadaan murid, sarana dan fasilitas yang ada di MTs Assalam Cokroaminoto Maja kabupaten Majalengka, demikian pula data tentang test awal dari niali raport siswa kelas VII semester I (gasal) MTs. Assalam Cokroaminoto Maja, mata pelajaran Al Qur’an Hadits.
2. Penyusunan alat pengumpulan data
Sebagaimana telah penulis kemukakan diatas bahwa alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Maka alat pengumpulan data tersebut penulis susun sebagai berikut :
a. Observasi
Masalah yang diangkat dalam teknik observasi ini adalah mengeani kondisi obyektif lapangan penelitian, yaitu MTs. Assalam Cokroaminoto Maja kabupaten Majalengka . adapun hal-hal yang di observasi secara terperinci yaitu:
Letak geografis MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka. Keadaan gedung dan Fasilitas belajar MTs. Assalam Cokroaminoto Maja Kabupaten Majalengka
b. Wawancara
Sebelum melakukan wawancara dengan guru bidang study Qur’an Hadits, penulis membuat suatu pedoman wawancara agar wawancara bias lebih terarah dan mencapai tujuan.
c. Angket
Angket penulis susun untuk lebih menguatkan data yang telah ada. Angket ini disusun dalam bentuk peranyaan dengan lima alternative dari jawaban untuk di jawab oleh responden
Pertanyaan –pertanyaan angket diarahkan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang variable X (Pengaruh kegiatan tamabahn belajar (les). Untuk kepentingan ini penulis membuat 20 item pertanyaan yang masing-masing ietem terdiri dari 5 option jawaban, dengan variasi pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Disebabkan data yang diharapkan adalah data yang bersifat kuantitatif, maka tiap-tiap item pertanyaan diberi skor dengan berdasarkan kepada:
1) Setiap item mempunyai bobot skor tertinggi 5 (lima)
2) Bila pertanyaan positif skor tiap option secara berturut-turut dari a sampain e adalah 5-1. Sehingga bila responden memilih option a diberi skor 5 (lima) dan bila menjawab option e di beri skor 1 (satu)
3) Bila pertanyaan negatif: skor tiap option secara berturut-turut dari option a sampai e adalah 1-5. Sehungga bila responden menjawab a diberi skor 1 (satu) dan bila memilih alternatif jawaban e diberi skor 5 (lima)
4) Skor tertinggi yang mungkin diperpoleh responden adalah 100 sedangkan skor terendah adalah 20
d. Dokumentasi terfokus kepada upaya pencarian data (niali raport semester I kelas VII MTs Assalam Cokroaminoto Maja, mengenai test awal dan prestasi belajar siswa dalam bidang studi Qur’an Hadits.
1. Analisis Data
Data yang diolah dan di analisis berupa data kuantitatif yaitu skor angket variable X, dan nilai raport variable Y, sedangkan tes awal merupakan bahan untuk dijadikan perbandingan
a. Pengolahan data
b. Dalam teknis pengolahan data, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Setelah data dianalisis dilakukan interpretasi koefisien korelasi dengan menggunakan kategori presentase berdasarkan kriteria Kuncoroningrat (dalam Maulana, 2002 : 52) seperti dalam table berikut :
Pengelompokkan pengaruh
Skor Interpretasi
ρ² = 0%
0% < ρ² < 4%
4% < ρ² < 16%
16% < ρ² < 32%
32% < ρ² < 64%
ρ² = 64% Tidak ada pengaruh
Pengaruh rendah sekali
Pengaruh rendah
Pengaruh sedang
Pengaruh tinggi
Pengaruh tinggi sekali

c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah pengujian persyaratan statistik yang hasilnya menyatakan bahwa :
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 32 % ke atas berarti terdapat pengaruh yang tinggi dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 16 % ke atas berarti terdapat pengaruh yang sedang dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 4% ke atas berarti terdapat pengaruh yang rendah dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa
- Apabila hasil koefisien korelasi berada pada 0% ke atas berarti tidak ada pengaruh dari tambahan belajar (les) terhadap hasil belajar siswa



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2008. Sistem Penilaian KTSP: Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pengayaan.

Jakara (1989), Departemen Agama republic Indonesia, (Edisi Revisi) Al Quran Dan Terjemahnya

Ridwan, (2005), Dasar-dasar Statistik, Bandung, Alfabet

Russeffendi, E.T. (2003), Dasar-dasar Penelitian Pendidikan, Bandung, Tarsito

Sudjana, (1989), Metode Statistika, Bandung, Tarsito

Surachmad, Winarno (1990), Pengantar Penelitian, Bandung ,Tarsito

Undang-Undang Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan (NSP)

Surya, I. Djumhur. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling) Bandung : CV. Ilmu



DAFTAR ISI


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis
E. Kondisi Objektif Lapangan
II. KERANGKA KAJIAN TEORITIS
A. Kegiatan Tambahan Belajar
B. Pelajaran Qur’an Hadits di MTs
C. Hasil Belajar
III. METODE PENELITIAN
A. Metode
B. Populasi dan Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data

RAMUAN AJAIB ( KUAT SEX )

1. RAMUAN AJAIB ( KUAT SEX )
Bahan : Kuning telur ayam kampung 1 butir, pati kunyit, lada hitam, minyak wijen, bawang putih, madu.
Ket. : Semua bahan adalah 1 takaran ( satu ukuran ), misal : satu sendok besar, ya sama semua ukurannya. Untuk kunyit, lada hitam dan bawang putih, masing-masing telah diparut / dihancurkan.

Caranya : campurkan semua bahan, minum selama 3 hari ( Rabu, Kamis, dan Jum’at ). Tiap sore / malam.

2. JANTAN PERKASA ( KUAT SEX SEMALAM SUNTUK / ANTI EJAKULASI DINI / KEPERKASAAN KUAT 4 JAM LEBIH )
Caranya : Pada pagi hari anda beli sepotong/sedikit daging kambing yang warnanya paling merah diantara sekian daging yang ada ditubuh kambing yang anda beli tadi. Pada malam hari sekitar Jam 18:30 s/d Jam 19:00 ambil daging sebesar jempol anda, kemudian buatlah kopi jangan terlalu manis. Masukkan air panas lalu aduk, dalam keadaan hangat tersebut masukkan daging tadi ke dalam kopi dan gula. Tutup taruh dibawah ranjang tempat tidur anda, biarkan semalam. Pagi harinya sekitar pukul 04.30 WIB minum ramuan tadi di tempat yang gelap. Lakukan 5-7 kali baru coba dengan istri.

3. KEPERKASAAN ( BESARKAN VITALITAS )
- Gunakan otak ayam jantan yang dicampur dengan madu, usapkan pada penis anda, mudah-mudahan hubungan anda dan istri jadi tambah nikmat.
- Apabila diusapkan dengan empedu ayam betina, hubungan akan jadi erotis

4. BESARKAN ALAT VITAL
- Sebelum senggama, basuhlah dengan air hangat, sambil diurut-urut hingga memerah dan tegang, lalu usap dengan madu dan jahe. Jika membesar siap digunakan.
- (lebih permanen), lintah yang dimasukkan dalam botol berisi minyak kelapa, dijemur diterik matahari sampai bercampur. Minyaki secara rutin selama 7 hari (sore/malam) sambil diusap dengan pijatan (mengusap penis dengan minyak lintah senjata akan besar dan kuat).

5. IMPOTEN / EJAKULASI DINI / LEMAH SAHWAT
- 25 Merica + 1 buah jeruk. Caranya : Merica ditumbuk, campur dengan air jeruk purut, minum 3 kali sehari ± 1 bulan kembali normal.
- 1 buah pinang (Jambe) + kemiri = dibakar sampai hangus.
tumbuk halus 3 telur ayam kampung + madu = kuningnya saja + madu asli (secukupnya).
Ket. : Semua bahan campur + 1 gelas air panas.
Diminum pada pagi hari, ± 7 hari akan kembali jantan dan tahan lama.

Sabtu, 09 Juli 2011

TEACHER INDUCTION PROGRAM FOR BEGINNERS

TEACHER INDUCTION PROGRAM FOR BEGINNERS
Induction Programs in Some Countries
• United Kingdom: Mandatory Induction Program for all novice teachers who would qualify. Can not be appointed as an employee if it does not meet the requirements of satisfying the induction
• USA (Massachusetts): All schools must have an induction program for all teachers in the first year
• Australia: a professional obligation to support novice teachers contained in the policy of teacher professional development
Teacher induction as a factor in student achievement
Before Induction
-40% Regents diploma rate
-80 students enrolled in Advanced Placement classes with 50% achieving 3 or higher


After Induction
- 70% Regents diploma rate
- 120 students enrolled in Advanced Placement classes with 73% achieving 3 or higher

PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)
Program Induksi di Beberapa Negara
•Inggris : Mandatory Induction Program untuk seluruh guru pemula yang kualified. Tidak dapat diangkat sebagai pegawai jika tidak memenuhi persyaratan memuaskan dalam induksi
•USA (Massachusetts) : Semua sekolah harus memiliki program induksi untuk seluruh guru-guru di tahun pertama
•Australia : Kewajiban profesional untuk mendukung guru pemula yang dimuat dalam kebijakan pengembangan profesional guru
Teacher induction as a factor in student achievement

Before Induction
-40% Regents diploma rate
-80 students enrolled in Advanced Placement classes with 50% achieving 3 or higher


After Induction
- 70% Regents diploma rate
- 120 students enrolled in Advanced Placement classes with 73% achieving 3 or higher

Hey Jude

Hey Jude
by The Beatles


Hey Jude, don't make it bad.
Take a sad song and make it better.
Remember to let her into your heart,
Then you can start to make it better.

Hey Jude, don't be afraid.
You were made to go out and get her.
The minute you let her under your skin,
Then you begin to make it better.
And anytime you feel the pain, hey Jude, refrain,

Don't carry the world upon your shoulders.
For well you know that it's a fool who plays it cool
By making his world a little colder.

Hey Jude, don't let me down.
You have found her, now go and get her.
Remember to let her into your heart,
Then you can start to make it better.
So let it out and let it in, hey Jude, begin,

You're waiting for someone to perform with.
And don't you know that it's just you, hey Jude, you'll do,
The movement you need is on your shoulder.

Hey Jude, don't make it bad.
Take a sad song and make it better.
Remember to let her under your skin,
Then you'll begin to make it
Better better better better better better, oh.

Da da da da da da, da da da, hey Jude (repeat 16 times and fade out)

Jumat, 08 Juli 2011

Metoda Ilmiah

Metoda Ilmiah
Salah satu keampuhan sains yang membuatnya terus berkembang adalah adanya penerapan suatu metoda secara konsisten. Metoda ilmiah yang terdiri dari lima sampai tujuh tahapan itu biasa ditulis dalam bagian awal buku-buku sains sekolah. Metoda ilmiah tersebut diperkenalkan sebagai cara kerja bagaimana seorang ilmuwan memperoleh pengetahuan ilmiah. Sehingga diharapkan siswa memahami metoda ilmiah dan akan menggunakannya baik dalam pelajaran sains maupun di bidang lainnya. Dalam penjelasannya berbagai tahapan ini biasanya disebutkan harus dilakukan secara bertahap dalam usaha untuk memecahkan masalah ilmiah. Sehingga cara yang tidak teratur atau jalur lainnya akan mengarah pada kesalahan atau ketidaklengkapan hasil yang diperoleh.
Namun, seperti halnya terdapat ketidaksetujuan terhadap hubungan antara teori-teori sains dengan dunia nyata, terdapat juga debat yang tak kunjung usai bagaimana sains bekerja: yaitu tentang proses yang manakah suatu masalah atau pertanyaan diidentifikasi dan selanjutnya jawaban atau penyelesaian masalah yang mana akhirnya disetujui dan dihasilkan.
Metoda Induktif
Metoda induktif adalah metoda yang paling banyak ditulis dalam buku-buku teks sains sekolah. Salah satu contoh tahapannya adalah:
1. membuat observasi secara teliti
2. mencatat berbagai fakta secara tepat
3. mengorganisasikan pengamatan
4. menganalisis informasi serta menemukan keteraturan
5. membuat kesimpulan berdasar bukti pengamatan
6. mengembangkan teori
7. menggunakan teori untuk membuat perkiraan baru
Dalam berbagai tahapan di atas terlihat jelas bahwa pengamatan/observasi sangatlah menentukan. Semua tahapan ini diawali dengan pengamatan dari berbagai percobaan akan menghasilkan suatu generalisasi yang diharapkan akan menjadi teori. Implikasi langsung dari metoda induktif ini adalah seolah-olah sains adalah suatu kegiatan seorang individu ilmuwan saja. Dimana setiap langkah dapat dilakukan oleh seorang ilmuwan, baik di laboratorium maupun di lapangan tempat penelitian berlangsung. Karena dilakukan melalui proses yang logis dan teratur ini suatu hasil akan didapatkan. Yaitu suatu generalisasi yang secara tepat dapat menjelaskan alam nyata yang juga bisa membuat suatu perkiraan secara tepat.
Namun pada kenyataannya metoda ini tidak pernah digunakan secara ketat untuk menghasilkan suatu teori, justru oleh kalangan ilmuwan sendiri. Pengamatan terhadap kerja para ilmuwan menunjukkan bahwa, metoda induktif akan mempunyai keterbatasan karena terpaku pada hasil observasi saja. Proses induktif yang menekankan pada proses logis, yang bila diikuti secara seksama akan membawa seorang ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan yang memang tidak membingungkan saja. Disamping itu sains pada dasarnya bukanlah kerja seorang individu saja; salah satu sifatnya yang utama justru hubungan sosial yang kuat. Hampir semua kegiatan sains, bahkan dalam tahap awal sekalipun, dikerjakan oleh suatu kelompok ilmuwan bukan oleh individu ilmuwan. Sehingga bila seorang ilmuwan mengklaim suatu pengetahuan baru, dia harus mengungkapkannya secara terbuka pada masyarakat, sehingga hal tersebut dapat diperiksa dan divalidasi paling tidak oleh ilmuwan pada bidang yang sama. Suatu klaim individu tidak akan diterima sebagai bagian pengetahuan ilmiah kecuali hal tersebut sudah direplikasi dan diperiksa pada literatur ilmiah. Namun hal itu saat ini tidak selalu tepat, perkembangan dunia ilmu justru menunjukkan tidak selalu penemuan ilmiah akan selalu terbuka buat masyarakat banyak. Hasil riset militer atau produk konsumen tidak akan selalu mudah bisa diperoleh, padahal bagian terbesar ilmuwan yang hidup di dunia saat ini bekerja untuk dua bidang tersebut. Walaupun begitu diantara mereka selalu terdapat komunikasi untuk selalu memeriksa dan memvalidasi hasil riset rahasia mereka.
Hal lainnya yang muncul dalam metoda induktif adalah masalah netralitas pengamatan atau proses pengamatan yang objektif. Terdapat banyak bukti bahwa pengamatan terhadap hal yang sama oleh orang yang berbeda akan mendapatkan hasil yang berbeda. Hal ini bisa disebabkan oleh latar belakang pengetahuan, perbedaan keinginan dan harapan dari pengamat. Sebagai contoh riset tentang primata besar, seperti gorilla, simpanse dan orang-utan menunjukkan apa yang diamati oleh ilmuwan perempuan berbeda dengan ilmuwan pria. Sehingga keduanya menghasilkan kesimpulan riset yang berbeda.
Bagi seorang ilmuwan yang memakai metoda induktif, proses pengamatan yang netral dan konsekwensi logisnya terhadap pengetahuan ilmiah yang sah merupakan hal utama dari metoda ilmiah. Hal inilah yang membedakan sains dengan bentuk lain kegiatan manusia dan juga yang membuat sains terus berkembang. Sehingga ketelitian ilmuwan dan netralitas pengamatannya harus selalu diuji ulang.
Metoda Deduktif
Melalui metoda indukif, kita menganggap bahwa pengetahuan baru akan muncul secara langsung dari pengamatan, dan klaim pengetahuan ini dapat diperiksa atau divalidasi dengan merencanakan dan melakukan pengamatan lainnya. Tetapi metoda lainnya, yaitu metoda deduktif mempunyai pandangan berbeda terhadap metoda ilmiah. Metoda ini melihat bahwa sains justru dimulai dari masalah. Kemudian suatu dugaan atau hipotesis yang masuk akal dibuat sebagai kemungkinan jawabannya. Berbagai hipotesis yang dibuat adalah dengan menghubungkan penjelasan yang spesifik dari beberapa variable yang terlibat. Bisa jadi suatu penelitian ilmiah dilakukan dengan cara induktif, tetapi prosesnya menggunakan metoda deduktif yaitu dengan dihasilkannya pendugaan yang teliti melalui kombinasi beberapa pengamatan dan berdasar pengetahuan yang sudah ada, pengenalan analogy yang mungkin dengan situasi berbeda dan lainnya. Tahapan ini sangatlah kreatif, dan hasil yang didapat adalah pernyataan ilmiah yang sifatnya sementara. Hal ini bisa saja dihasilkan secara lambat ataupun dengan cara yang tiba-tiba, melalui ilham seorang ilmuwan.
Tahap kedua dari metoda deduktif adalah tahapan rasional atau deduktif. Jika hipotesis yang dibuat adalah benar, konsekwensi apa yang bisa disimpulkan? Untuk membuktikannya, hipotesis haruslah diperiksa atau diuji. Inilah suatu tahapan yang merupakan sifat utama dari sains. Sesuatu yang kritis dan teliti untuk menguji keabsahan. Langkah pengujian termasuk didalamnya pengamatan percobaan tertentu, disain percobaannya serta pelaksanaannya. Cara lainnya adalah dengan pengujian secara praktikal atau teoritis suatu hipotesis dengan pengetahuan lain yang sudah terbukti sah. Jika hipotesis tersebut teruji setelah melalui standar kriteria pengujian yang kritis dan memuaskan pembuatnya, maka ia akan mengumumkannya secara terbuka kepada public ilmiah. Sehingga ilmuwan lainnya dapat menguji ulang seteliti yang mereka inginkan. Jika hasilnya tetap memuaskan, maka ide tersebut akan diterima atau paling tidak sebagai pengetahuan yang telah teruji untuk penelitian selanjutnya. Hal ini bisa saja bukanlah suatu hal yang pasti benar bagi seorang ilmuwan realis, tetapi hal ini pada suatu kurun waktu tertentu menunjukkan suatu pendekatan yang baik. Bila terjadi kegagalan pada proses validasi ini biasanya memunculkan keraguan terhadap hipotesis yang diuji. Jika keraguannya sangat serius, hipotesis dapat dengan cepat ditolak. Atau bisa juga masih dipakai bila hal lain sejenis belum ada melalui kehati-hatian dan kecermatan bahwa hal itu masih bersifat sementara.
Dalam pandangan metoda deduktif, semua pengetahuan ilmiah yang kita ketahui pada suatu saat tidak lain adalah bagian dari tahapan proses kritis yang terus berlanjut. Tidak ada satupun pengetahuan ilmiah yang dapat dinyatakan sebagai kebenaran akhir. Sehingga, seberapa sahihnya suatu pengetahuan ilmiah pada saat ini, kemungkinan pada suatu masa dapat menerima kritik yang mengakibatkan pengetahuan tersebut menjadi tidak diterima atau perlu modifikasi. Sebagai contoh teori yang tidak diterima adalah kepercayaan ilmiah yang terjadi pada abad ke-19, bahwa suatu bahan mengandung phlogiston yang akan keluar saat bahan itu dibakar, penelitian ilmiah pada ilmu kimia menunjukkan sebaliknya yang terjadi, bahwa pada proses pembakaran justru bahan yang dibakar “mengambil” sesuatu dari luar (yaitu gas oksigen) dan bukannya mengeluarkan phlogiston. Sedangkan contoh pengetahuan yang dimodifikasi adalah hukum gravitasi Newton oleh Teori Relativitas Umum oleh Einstein yang secara lebih tepat menjelaskan dan memperkirakan (walaupun lebih rumit) pergerakan benda-benda besar di ruang angkasa.
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menunjukkan, banyak berbagai hipotesis baru yang hanya bisa bertahan dalam jangka waktu yang singkat. Penelitian tentang cara kerja ilmuwan di laboratorium mengungkapkan sejumlah besar hipotesis yang dibuat sebagai kemungkinan jawaban pada masalah yang dihadapi secara cepat akan ditolak baik oleh ilmuwan sendiri atau anggota dari kelompok ilmuwan yang sama. Ide-ide lain yang tetap bertahan pada tahap awal akan berakhir dengan tercetak pada jurnal riset ilmiah. Tetapi beberapa saja yang masih dapat bertahan dari kritisisme para ilmuwan lain dan hilang dari akumulasi pengetahuan ilmiah.
Pandangan metoda deduktif berbeda dari metoda induktif dalam beberapa hal. Pertama, metode deduktif mengakui pentingnya kreativitas individu atau kelompok dalam membuat hipotesis sebagai jawaban sementara yang selanjutnya akan mengalami proses pengujian yang kritis untuk menghasilkan pengetahuan yang valid. Kedua, mengakui sifat sosial dari sains yang kritis. Sehingga setiap orang dapat ikut terlibat dalam proses pengujian, tanpa pelibatan pihak lain sumbangan individu tetaplah menjadi hal yang sifatnya sementara saja. Terakhir, walaupun menempatkan tahapan pengamatan atau observasi dalam hal proses penemuan dan validasinya, pengamatan bukanlah tahapan yang selalu pertama, seperti yang dinyatakan oleh metoda induktif.

Kamis, 07 Juli 2011

Creative teachers.




Creative teachers.
10 traits of professional teachers
1. Always have the energy to her students
A good teacher attention to students in any conversation or discussion with them. A good teacher also has kemampuam listen carefully.
2. Have clear objectives for lessons
A good teacher set clear objectives for each lesson and work to meet specific objectives within each class.
3. Have an effective discipline skills
A good teacher has the skills of effective discipline that can promote positive behavioral changes in the classroom.
4. Have a good classroom management skills
A good teacher has good classroom management skills and can ensure the good behavior of students, while students learn and work together effectively, get used to instill respect for all components in the classroom.
5. Both can communicate with Parents
A good teacher to maintain open communication with parents and keeps them updated information about what is happening in the classroom in terms of curriculum, discipline, and other issues. They make themselves always willing to fulfill your phone calls, meetings, emails and now twitter.
6. Have high expectations on its students
A good teacher has high expectations of students and encourage all students in class to always work and exert their best potential.
7. Knowledge of Curriculum
A good teacher has a thorough knowledge of school curriculum and other standards. They forcefully ensure their teaching to meet those standards.
8. Knowledge of the subject being taught
This may be obvious, but sometimes overlooked. A good teacher has a tremendous knowledge and enthusiasm for the subject they teach. They are ready to answer questions and keep the material interesting for students, even working with other areas of study for collaborative learning.
9. Always provide the best for the children and teaching process
A good teacher is passionate about teaching and working with children. They were delighted to affect students in their lives and understand the impact or influence they have in the lives of their students, now and later when her students are growing up.
10. Have a quality relationship with students
A good teacher develops a strong relationship and mutual respect with students and build trusting relationships.

CTL

Contextual Teaching Learning Model Learning (CTL)
Contextual learning is a translation of the term Contextual Teaching Learning (CTL). The word comes from the word CONTEX contextual meaning "of relationships, context, mood, or situation". Thus the contextual mean "associated with the atmosphere (context). So Contextual Teaching Learning (CTL) can be interpreted as a sign of learning associated with a particular atmosphere.
Contextual learning is based on the results of the study John Dewey (1916) who concluded that the students will learn well if what is learned related to what is already known and with the activities or events that happen around him.
Contextual teaching itself was first developed in the United States beginning with the establishment of the Washington State Consortum for Contextual by the U.S. Department of Education. Between 1997 to 2001, has organized seven major project that aims to develop, test, and look at the effectiveness of the implementation of teaching mathematics contextually. The project involves 11 universities and 18 schools by involving 85 teachers and professors as well as 75 teachers who had given the previous briefing.
Implementation of this program worked well for college level so the results are recommended to get out in the implementation. For the school level, the implementation of this program showed a significant result, namely increased interest in students to learn, and enhance the active participation of students as a whole.
Different contextual learning with conventional learning, the Ministry of National Education (2002:5) suggests the difference between learning Contextual Teaching Learning (CTL) with conventional learning as follows:
Conventional CTL
Selection of the information needs of individual students; selection information is determined by the teacher;
Tend to integrate several fields (disciplines); Tend to focus on one field (discipline) specific;
Always relate the information with prior knowledge that has been owned by the student; Provide information to students pile up on the time required;
Implementing authentic assessment through the practical application in solving problems; Assessment of learning outcomes only through the academic activities of the test / reset

Characteristics of Contextual Teaching Learning Approach (CTL)
Contextual learning involves seven main components of productive learning: constructivism (Constructivism), ask (Questioning), find (Inquiry), community learning (Learning Community), modeling (modeling), reflection (Reflection) and assessment of the actual (Authentic Assessment) (Ministry of Education, 2003:5).
1. Constructivism (Constructivism)
Each individual can make a cognitive or mental structures based on their experience so individuals can form a concept or new idea, is said to be constructivist (Ateec, 2000). The function of teachers here helped shape the concept through discovery methods (self-discovery), inquiri and so forth, students participate actively in shaping new ideas.
According to Piaget's constructivist approach contains four core activities, namely:
1) Contains real experience (Experience);
2) The existence of social interaction (Social Interaction);
3) Establishment of environmental sensitivity (Sense making);
4) More attention to prior knowledge (Prior Knowledge).
Constructivism is the foundation of thinking (philosophy) a contextual approach, namely that human knowledge is built by little by little, the result is expanded through a limited context.
Knowledge is not a set of facts, concepts or rules that are ready to be taken or retained. Humans have to construct knowledge and give meaning through real experiences. Based on these statements, learning must be packed into a process of "construct" rather than receiving knowledge (Ministry of Education, 2003:6).
In line with Piaget's ideas regarding the construction of knowledge in the brain. Humans have the knowledge structure in the brain, such as boxes, each containing meaningful information are different. Each box will be filled by the experiences interpreted differently by each individual. Each new experience will be connected with a box that already contains a long experience that can be developed. Knowledge structures in the human brain is developed through two ways of assimilation and accommodation.
2. Asking (Questioning)
Asking questions is the main strategy in contextual learning. Activities used by teachers asked to encourage, guide and assess students 'thinking abilities for students' activities while asking an important part in implementing inquiry-based learning. In a productive learning, the activities ask helpful for:
1) Digging of information, both administratively and academically;
2) Check the students' prior knowledge and understanding of students;
3) Generating a response to students;
4) Knowing the extent to which students' curiosity;
5) Focusing attention on something that is desired student teachers;
6) Generating more questions from students;
7) Refresh the students' knowledge.
3. Finding (Inquiry)
Finding is a core part of the CTL-based learning. Knowledge and skills that students are not the result obtained considering a set of facts but the result of finding himself (MONE, 2003). Finding or inquiry can be interpreted also as a learning process based on a search and discovery through the process of thinking systematically. In general, the proceedings can be conducted through several steps, namely:
1) Formulate the problem;
2) Applying the hypothesis;
3) Collect data;
4) Test the hypothesis based on data found;
5) Make a conclusion.
Through a systematic process of thinking, students are expected to have a scientific attitude, rational, and logical for the formation of student creativity.
4. Community learning (Learning Community)
Learning Community concept suggests that the learning outcomes gained from cooperation with others. Learning outcomes were obtained from antarsiswa sharing, intergroup, and inter-already know who do not know about the matter. Every element of society can also play a role here by sharing experiences (MONE, 2003).
5. Modeling (Modeling)
Modeling in contextual learning is a skill or knowledge and uses a model that can be replicated. Models that can be a way to operate something or the teacher gives an example of how to do matches. In a sense the teacher provides a model on "how to learn". In contextual learning, teachers are not the only model. Models can be designed to involve students.
According to Bandura and Walters, a new student behavior controlled or studied first by observing and imitating a model. Models that can be observed or replicated students classified into:
1. Real life (real life), such as parents, teachers, or others.;
2. Symbolic (symbolic), the model presented orally, in writing or in pictures;
3. Representation (representation), the model presented using audiovisual equipment, such as television and radio.
6. Reflection (Reflection)
Reflection is a way of thinking about what the newly learned or backward thinking about what we've done in the past. What's new precipitate students learned as a new knowledge structure. New knowledge structure which is enrichment or revision of previous knowledge. Reflection is a response to events, activities, or new knowledge that is received (MONE, 2003).
In learning activities, reflection made by a teacher at the end of the lesson. Teachers leaving a moment of reflection so that students can make the realization of which can be:
1. Direct statement about what is gained in learning just done.;
2. Notes or journals in the student book;
3. Impressions and suggestions about the learning that has been done.
7. Assessment of the actual (Authentic Assessment)
Authentic assessment is the process of collecting various data that could provide a developmental learning students so teachers can determine whether the student has undergone a process of learning the truth. Authentic assessment emphasizes the learning process so that the data collected must be obtained from real work activities of students during the learning process.
Characteristics of authentic assessment according to the Ministry of Education (2003) include: implemented during and after the learning takes place, can be used for formative and summative, which measured the skills and attitudes in learning rather than remembering facts, continuous, integrated, and can be used as feedback. Authentic assessment is usually in the form of reported activities, homework, quizzes, student work, student achievement or performance, demonstrations, reports, journals, test results and write papers.
REFERENCES
Ministry of National Education. 2003. Contextual Approach. Jakarta: Ministry of National Education.
Nurhadi. 2003. Contextual Approach. Jakarta: Ministry of National Education.

Theories of Learning (Piaget, Bruner, Vygotsky)

Theories of Learning (Piaget, Bruner, Vygotsky)
In principle the process of learning that people experience lasts a lifetime, meaning that learning is a continuous process, which never stops and confined to the classroom walls. This is based on the assumption that throughout his life, humans will always be faced with problems, obstacles in achieving the objectives to be achieved in this life. The principle of lifelong learning is in line with the four pillars of universal education as formulated by UNESCO, namely: (1) learning to know, which means also learning to learn, (2) learning to do, (3) learning to be, and (4) learning to live together.
Learning to know, or learning to learn implies that learning is essentially not only to the product or outcome-oriented learning, but also should be oriented to the learning process. With the learning process, students not only aware of what must be learned, but also have the awareness and ability to learn how to learn it.
Learning to do implies that learning is not merely hear and see the purpose of accumulation of knowledge, but learning to do with the ultimate goal of mastery of competencies that are necessary in an era of global competition.
Learning to be implies that learning is a form of human "be himself". In other words, learn to actualize themselves as individuals with personality who have the responsibility as human beings.
Learning to live together is to learn to cooperate. It is very necessary in accordance with the guidance needs in a global society where people either individually or as a group could never live alone or going into exile with his group.
Learning process that will be prepared by a teacher should first have to pay attention to the underlying theories. There are several learning theories that support the inquiry learning approach are:
1. Piaget's Theory
According to Piaget's cognitive development in children broadly divided into four periods, namely: a) the sensory motor period (0-2 years); b) preoperational period (2-7 years); c) concrete operational period (7-11 years); d ) period of formal operations (11-15) years. While the basic concepts and organizational adaptation process according to Piaget's intellectual namely: schemata (viewed as a set of concepts); assimilation (events match the new information with old information that has been owned by someone; accommodation (occurs when between new and old information previously not suitable then compared and adjusted to the old information) and equilibrium (when the balance is achieved then the students are familiar with the new information).
2. Theory Bruner
Bruner learning theory is almost similar to the theory of Piaget, Bruner suggested that intellectual development of children following the three successive stages of representation, namely: a) enaktif, all the attention the child depends on his response; b) iconic, thinking the child depends on sensory organization and c) symbolic , the child has a full understanding of things so that the child has been able to express their opinions with the language.
Implications of Bruner's theory in the learning process is a child confronts a situation that is confusing or a child experiences masalah.Dengan will try to adjust or re-organize the structures of ideas in order to achieve a balance in his mind.
3. The theory of Vygotsky
Vygotsky theories assume that learning occurs when children work or learning to handle the tasks that have not been studied but the tasks were still within range of his ability (zone of proximal development), namely the development of students' abilities slightly above the abilities that he already has. Vygotsky also explains that learning occurs in two stages: first stage occurs when collaborating with others, and the next phase is done individually, in which occurs the internalization process. During the process of interaction occurs, both between teacher-students and between students, such as the ability of mutual respect, to test the truth of the statement of others, negotiate, and adopt the opinion of each other can develop.

Conventional Learning Model

Conventional Learning Model

Conventional = traditional = old = old school (FIRST TIMES :-). How do you think? Same or not is up to you! To be sure there are also conventional in the way of teaching a teacher. One model is the conventional learning model, the model is still widely used by teachers. According Roestiyah N.K. (1998) The most traditional way of teaching and has long run in the history of education is to teach by the lecture. Since duhulu teachers in an attempt to transfer that knowledge to students by way of oral or lectures. Conventional learning is learning that is usually done by teachers. Whereas, conventional learning (traditional) generally have certain peculiarities, such as memorizing more priority than understanding, emphasizing the skills of numeracy, giving priority to the outcome rather than process, and teacher-centered teaching. Teachers usually teach only the use of textbooks or worksheets, with emphasis on the lecture method and sometimes questioning. Test or summative evaluations in order to determine the development is rarely done. Students must follow the way of learning chosen by the teacher, dutifully studying the sequence set of teachers, and less about the opportunity to express opinions.
Many of us find in the field of learning science that has been dominated by the teacher through the lecture method and ekspositorinya. teachers rarely teach students to analyze in depth about a concept and rarely encourage students to use logical reasoning such higher ability to prove or demonstrate concepts. The same thing was found by Marpaung (2001) that in science learning for students is almost never required to try the strategy and the ways (alternate) alone in solving the problem. can be drawn a conclusion that is in common with science learning is a teaching and learning activities that have been mostly carried out by the teacher where the teacher teaches in the classical style in which teachers dominate classroom activities with the expository method, and the students just accept what is delivered by teachers, as well as student activity for expression is lacking, so that students become passive in learning, and student learning less meaningful as more memorizing.
According to various sources, this model is actually no longer feasible to use in a teaching process, and needs to be changed. But remember, when the undeveloped world of education as now, the model is used by a teacher on the first? Do not they use the conventional model? It is clear, especially in areas that are less accessible sources of information, such as rural areas, or areas that are new to education, new teachers have a spurious, as well as various facilities that are less supportive.

Definition Approach

Definition Approach, Strategies, Methods, Techniques, Tactics, and the Learning Model.
In the process of learning known as some of the terms have similar meanings, so often people get confused to differentiate. These terms are: (1) learning approach, (2) learning strategies, (3) teaching methods, (4) techniques of learning, (5) learning tactics, and (6) learning model. The following will set out these terms, hoping to give kejelasaan about the use of the term.
Learning approach can be interpreted as a point of departure or point of view on learning, which refers to the view of the occurrence of a process that is still very common in nature, in which enclose, menginsiprasi, strengthen, and the underlying learning methods with particular theoretical coverage. Judging from its approach, there are two types of learning approaches, namely: (1) learning-oriented approach or a student-centered (student centered approach) and (2) learning-oriented approach or teacher-centered (teacher centered approach).
Of learning approaches that have been established subsequently lowered into the learning strategies. Newman and Logan (Abin Makmun Shamsuddin, 2003) suggests four elements of any business strategy, namely:
1. Identify and define the specifications and qualifying results (output) and targets (targets) that must be achieved, taking into account the aspirations and tastes of the people who need them.
2. Consider and choose the main approach road (basic way) the most effective way to reach the target.
3. Consider and determine the steps (steps) that will dtempuh since the start point to the target.
4. Consider and establish benchmarks (criteria) and standard size (standard) to measure and assess the degree of success (achievement) business.
If we apply in the context of learning, the four elements are:
1. Establish specifications and qualifications of learning objectives and the changes in personal behavior profile of learners.
2. Consider and choose systems approach to learning is considered the most effective.
3. Consider and define the steps or procedures, methods and techniques of learning.
4. Establish norms and minimum size limits or criteria of success and the success of standard sizes.
Meanwhile, Kemp (Senjaya Vienna, 2008) suggested that learning strategy is a learning activity to do teachers and students so that learning objectives can be achieved effectively and efficiently. Furthermore, by quoting the thought J. R David, Vienna Senjaya (2008) mentions that the meaning contained in the learning strategy planning. This means that the strategy is basically still conceptual about the decisions to be taken in an exercise of learning. Judging from its strategy, the learning can be grouped into two sections as well, namely: (1) exposition, discovery learning, and (2) individual-learning group (in Vienna Senjaya Rowntree, 2008). Judging from the way of presenting and processing means, learning strategies learning strategies can be distinguished between inductive and deductive learning strategies.
Learning strategy is still conceptual in nature and used various methods to implement specific learning. In other words, the strategy is "a plan of operation Achieving something" while the method is "a way to Achieving something" (Vienna Senjaya (2008). Thus, the learning method can be interpreted as the means used to implement the plans that are constructed in the form of real and practical to achieve the learning objectives. There are several methods of learning that can be used to implement learning strategies, including: (1) lectures, (2) demonstration, (3) discussion, (4) simulation, (5) laboratory, (6) field experience; (7) brainstorming; (8) debates, (9) symposium, and so on.
Furthermore, the learning method are translated into the techniques and styles of learning. Thus, the technique can be diatikan as a way of learning a person does in implementing a specific method. For example, use the lecture method in a class with a relatively large number of students who require its own technique, which of course would technically different from the method use a class lecture on a limited number of students. Similarly, by using the method of discussion, it is necessary to use different techniques in class that students classified as active with a class that students classified as passive. In this case, the teacher can keep changing techniques even in the same corridor method.
While learning is the style of one's tactics in carrying out certain teaching methods or techniques that are individualized. Suppose there are two people both use the lecture method, but it may be very different in the tactics it employs. In its presentation, which one tends to many interspersed with humor because he has a sense of humor, while the other one lacks a sense of humor, but more use of electronic aids because she was so controlled that area. In the style of learning would seem the uniqueness or the uniqueness of each teacher, according to his ability, experience and personality types of teachers are concerned. In this tactic, the learning will become a science sekalkigus also art (tips)
If between the approaches, strategies, methods, techniques and tactics even learning already strung into a single coherent whole is formed what is called a model of learning. Thus, the learning model is basically a form of learning which is reflected from the beginning to the end that is typically presented by the teacher. In other words, the learning model is a wrap or a frame from the application of an approach, methods, and techniques of learning.
With regard to the learning model, Bruce Joyce and Marsha Weil (Smith Surasega Supriawan and A. Benjamin, 1990) explores four (4) group learning model, namely: (1) model of social interaction, (2) model of information processing, (3) model a personal-humanistic, and (4) model of behavior modification. However, often use the term learning model is identified with learning strategies.
For more details, hierarchical position of each term, may be visualized as follows:

Outside of these terms, in the learning process is also known terms of learning design. If the learning strategy is more concerned with general patterns and the general procedure of learning activities, whereas design refers to learning more ways to plan a system of a particular learning environment after a specific set of learning strategies. If the analogy with the home-making, the strategy talks about the various possible types or kinds of houses will be built (the house joglo, gadang houses, modern houses, etc.), each impression and a message will display different and unique. While the design is setting the blueprint (blue print) houses to be built along with the necessary materials and step sequences of construction, and completion criteria, ranging from early stage to late stage, after the specified type of houses to be built.
Based on the above, that to be able to perform their duties in a professional, a teacher is required to understand and possess adequate skills in developing various models of effective learning, creative and fun, as suggested in the Education Unit Level Curriculum.
Observing the learning reform efforts that are being developed in Indonesia, teachers or prospective teachers today are many choices offered by the learning model, which is sometimes for the sake of research (academic research and action research) is very difficult menermukan literarturnya sources. However, if teachers (teacher candidates) have been able to understand basic concepts or theories of learning which refers to the process (and related concepts and theories) of learning as stated above, it is basically a creative teacher can also try and develop a distinctive model of learning, in accordance with actual conditions in their respective workplaces, so that in turn will appear models of learning version of the teacher in question, which certainly enrich the treasures of learning models that already exist.

Model Pembelajaran MURDER

Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER
Pembelajaran MURDER merupakan pembelajaran yang diadaptasi dari buku karya Bob Nelson “The Complete Problem Solver” yang merupakan gabungan dari beberapa kata yang meliputi:
1. Mood (Suasana Hati)
Mood adalah istilah bahasa inggris yang artinya suasana hati. Dalam belajar suasana hati yang positif bisa menciptakan semangat belajar sehingga konsentrasi belajar dapat dicapai semaksimal mungkin dan dapat menyerap apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu, jika suasana hati tidak mendukung, maka semua konsentrasi akan dibuyarkan dengan pikiran-pikiran yang tidak penting untuk difikirkan. Ciptakan suasana hati yang positif ketika kita belajar sebuah ilmu.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakalah siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira, sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Hamzah (2006: 82) menyatakan bahwa suasana hati umum juga memiliki dua skala, yaitu sebagai berikut:
1. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan.
1. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.
Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan.
2. Understand (Pemahaman)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran, maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka siswa dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, siswa mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Perlu diingat bahwa pemahaman tidak hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar siswa dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila subyek belajar betul-betul memahami materi yang disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar (Sardiman, 1996: 42-45).
Dalam memahami suatu materi, harus konsentrasi secara penuh terhadap materi tersebut dengan cara memahami tiap-tiap kalimat dan mencerna maksud dari kalimat tersebut. Bisa juga dengan membanyangkan secara langsung hal yang terjadi dalam kalimat tersebut dan hendaknya mengikuti secara runtun aliran suatu materi dengan seksama karena jika satu materi saja terlewat maka pada materi berikutnya kemungkinan besar akan sulit memahaminya.
3. Recall (Pengulangan)
Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi kedalam ingatan jangka panjang. Ini dapat dilakukan dengan “mengikat” fakta kedalam ingatan visual, auditorial, atau fisik. Otak banyak memiliki perangkat ingatan. Semakin banyak perangkat (indra) yang dilibatkan, semakin baik pula sebuah informasi baru tercatat. Me-recall tidak hanya terhadap pengetahuan tentang fakta, tetapi juga mengingat akan konsep yang luas, generalisasi yang telah didistribusikan, definisi, metode dalam mendekati masalah. Me-recall, bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk membentuk atau menyusun kembali imformasi yang telah mereka terima (Jamarah, 2005: 108) .
Orang yang tidak mengulang saat belajar senantiasa memasukkan informasi baru tersebut lepas. Itu membuat belajar menjadi sulit karena akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat digunakan untuk mengaitkan atau mengasosiasikan sejumlah informasi baru berikutnya.
Kegiatan mengulang ini bisa dilakukan setelah mendapatkan materi tersebut, dapat dilakukan pada waktu sepulang sekolah, waktu istirahat, dan diwaktu-waktu senggang lainnya. Pada kegiatan mengulang ini dapat dengan cara membaca ulang sesuai dengan materi yang telah diberikan, kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri yang mudah dipahami. Sehingga secara tidak langsung membaca sekaligus menghafal materi yang telah dipelajari.
4. Digest (Penelaahan)
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakalah tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran (subject centere teaching). Untuk dapat menguasai materi pelajaran siswa tidak hanya berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber untuk memperoleh pengetahuan.
Sanjaya (2006: 173-174) menyatakan bahwa beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar di dalam kelas diantaranya adalah:
a. Manusia Sumber
Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain- lain.
b. Berbagai Aktifitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktifitas adalah segala perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan dan lain- lain.
c. Lingkungan (Setting)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar, misalnya gedung sekolah, perpustakaan, taman, laboratorium, kantin sekolah dan lain- lain
5. Expand (Pengembangan)
Expand artinya pengembangan. Dengan pengembangan, maka akan lebih banyak mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Ada 3 buah pertanyaan yang dapat di ajukan untuk mengkritisi materi tersebut yaitu:
1. Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya ajukan?
2. Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
3. Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa/mahasiswa lainnya?
6. Review (Pelajari Kembali)
Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran

Model Pembelajaran Konvensional

Model Pembelajaran Konvensional

Konvensional = tradisional = kuno = jadul ( JAMAN DULU :-) . Bagaimana menurut Anda ? Sama atau tidak itu terserah Anda ! Yang pasti konvensional juga terdapat dalam cara mengajar seorang guru. Salah satu modelnya adalah model pembelajaran konvensional, model yang masih banyak digunakan oleh guru. Menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa dengan cara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Guru biasanya mengajar hanya menggunakan buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat.
Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran IPA didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya. guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran IPA selama ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah. dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran IPA secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.
Menurut berbagai sumber , model ini sebenarnya sudah tidak layak lagi digunakan dalam suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Namun perlu diingat, ketika belum berkembangnya dunia pendidikan seperti sekarang , model apakah yang digunakan oleh seorang guru pada masa dulu ? Bukankah mereka menggunakan model konvensional ? itu jelas, apalagi di daerah yang kurang dijangkau oleh sumber-sumber informasi, seperti daerah pedalaman, atau daerah yang baru mengenal pendidikan, baru memiliki tenaga pengajar yang alakadarnya, serta berbagai fasilitas yang kurang mendukung

Pengertian pengertian pendekatan

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

IUFM PERANCIS

REKRUTMEN CALON GURU: IUFM PERANCIS


Oleh : H. Totoh Santosa, M.M.
Setelah melakukan studi banding ke Perancis, Kepala LPMP Jawa Barat memperoleh informasi mengenai trend pengembangan profesi pendidik (baca: guru) terkini yang diterapkan oleh pemerintah Perancis. Proses pengembangan profesi ini menitikberatkan proses pengrekrutan calon guru di Perancis pada IUFM.
IUFM merupakan sebuah lembaga pelatihan pendidik yang bertugas mempersiapkan para calon guru berikut rekrutmen calon guru. Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang D3 diberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa di IUFM. Calon mahasiswa diambil dari semua Universitas, tidak hanya bagi mahasiswa yang lulus dari Universitas berlatar belakang pendidikan. Setelah mendaftarkan diri, mereka yang berminat menjadi guru SD harus melewati proses seleksi berupa uji kemahiran berbahasa Perancis, Bahasa Inggris, Matematika dan Sejarah. Sedangkan calon guru mata pelajaran harus mengikuti ujian berdasarkan bidang studinya.
Setelah lulus dengan nilai yang melampaui passing grade, mahasiswa masuk pada kelas masing-masing sesuai jenjang pengajaran dan bidang studinya. Pada tahun I, mahasiswa disiapkan menjadi calan guru dengan mengikuti Didaktik Metodik selama 1 tahun. Selanjutnya di tahun II, mahasiswa melakukan latihan di lapangan. Setelah melalui tahapan ini mahasiswa menjalani ujian akhir. Apabila dinyatakan lulus, maka mahasiswa diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dengan diberikan gaji sebesar 80% dari gaji pokok sesuai dengan standar PNS di Perancis. Setelah mendapatkan status CPNS, para guru pemula harus mengikuti program bimbingan dengan melakukan latihan menjadi pendidik di sekolah-sekolah (magang) selama 1s.d. 2 tahun. Program pelatihan di sekolah ini dinilai oleh kepala sekolah dan pengawas, setelah mendapatkan nilai terbaik dan dinyatakan layak menjadi guru lalu diangkat menjadi PNS, dengan gaji 100%.
Guru-guru yang telah lulus dari IUFM ini sudah siap mengajar, memiliki kompetensi kependidikan, dan siap melaksankan tugas di lapangan sebagai tenaga pendidik. Dengan adanya program di IUFM ini, para guru tidak lagi dituntut untuk mengikuti sertifikasi guru, seperti yang terjadi di Indonesia. IUFM bekerja sama dengan dinas pendidikan pemerintah daerah di Perancis (Disdik Pemda) dan meminta kepada perguruan tinggi (PT) untuk benar-benar melakukan program pelatihan ini sehingga menghasilkan guru-guru yang profesional. Kegiatan pelatihan ini juga terus dimonitor oleh Disdik Pemda.
Dengan demikian, setelah mengamati dan mempelajari program di IUFM ini, saya berharap bahwa proses perekrutan calon guru di Indonesia dibuka untuk semua PT, tidak hanya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) saja, termasuk jurusan non-kependidikan. Hal ini berdasarkan fakta bahwa di lapangan banyak lulusan non-LPTK - tidak berlatarbelakang ilmu pendidikan- yang menjadi guru. Mereka bahkan tidak kalah kompeten dari guru berlatar belakang pendidikan dalam melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan dan tepat guna di sekolah. Oleh karena itu, semua LPTK dan PT dapat bersaing dalam rangka mengupayakan reformasi dalam peningkatan mutu pendidik/guru di Indonesia. Melalui persaingan tersebut, maka diharpakan dapat menghasilkan calon-calon guru yang berkualitas dan siap mendidik di lapangan.

RPP IPA Berkarakter

RPP IPA Berkarakter
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )
– 1 –

Sekolah : ......................................
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.1. mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya dan
pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya
o Indikator :
1. Melukiskan dengan cermat penjumlahan gaya dan selisih gaya-gaya segaris baik yang searah maupun berlawanan.
2. Menunjukkan jenis-jenis gaya dengan benar
3. Melukiskan dengan cermat resultan gaya yang searah dan segaris.
4. Melukiskan dengan tepat resultan gaya yang berlawanan arah dan segaris
5. Membedakan dengan cermat besar gaya gesekan pada berbagai permukaan yang berbeda kekasarannya yaitu pada permukaan benda yang licin, agak kasar, dan kasar
6. Menunjukkan dengan benar beberapa contoh adanya gaya gesekan yang menguntungkan dan gaya gesekan yang merugikan
7. Membandingkan berat dan massa suatu benda dengan teliti
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat mencari resultan gaya yang bekerja pada benda
2. Peserta didik dapat mendeskripsikan konsep gaya gesekan
3. Peserta didik dapat membedakan berat dan masa suatu benda.

B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Resultan gaya
2. Gaya gesekan
3. Gaya gesekan yang menguntungkan dan merugikan
4. Berat dan massa

C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Kooperatif learning : Direct Instruction (DI)
Metode : Demonstrasi / percobaan, diskusi kelompok

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Mendorong meja untuk menunjukkan bahwa bergeraknya meja karena adanya gaya.
- Motivasi : Dorongan itu sama dengan apa ?

2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal siswa melalui Tanya jawab tentang gaya.
b. Melalui gambar guru menginformasikan gaya-gaya yang bekerja secara proporsional ( searah dan berlawanan arah )
c. Guru menginformasikan dan menggambarkan resultan gaya searah dan berlawanan arah dan rumus resultan gaya.
d. Siswa diminta berkelompok kooperatif untuk mengukur gaya dengan menggunakan neraca pegas, menggambarkan gaya dan resultan gaya serta menghitung resultan gaya dengan menggunaklan rumus resultan gaya berdasarkan informasi guru dan LKS.
e. Guru meminta satu , dua kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dan ditanggapi oleh kelompok siswa lain.

3. Kegiatan penutup
- Guru beserta peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
- Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok siswa yang pekerjaannya baik
- Guru melakukan tes tertulis untuk mendapatkan penilaian penguasaan konsep.
- Guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru menanyakan lagi tentang pengertian gaya
- Motivasi : Sebutkan jenis – jenis gaya ?
2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal siswa melalui Tanya jawab tentang gaya.gesekan
b. Guru mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooperatif
c. Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan dengan menggunakan balok yang diluncurkan di atas meja untuk menunjukkan adanya gaya gesekan antara balok dan meja.
d. Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan dengan menggunakan balok yang diluncurkan di atas permukaan kasar dan licin yang ditarik dengan neraca pegas di atas meja untuk menunjukkan bahwa semakin licin permukaan balok semakin gaya gesekannya.
e. Guru berkeliling untuk membeimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok.
f. Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.

3. Kegiatan penutup
- Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman / kesimpulan
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok terbaik
- Guru melakukan tes tertulis untuk mendapatkan penilaian penguasaan konsep

E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket IPA
2. neraca Pegas
3. Macam-macam beban
4. balok kayu yang permukaannya kasar, licin
5. meja
6. LKS

F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes tertulis
b. Tes unjuk kerja
2. Bentuk instrument
a. Tes pilihan ganda dan isian sinkat
b. Uji petik prosedur
3. Contoh Instrumen :
- PG
1. Dua orang anak mendorong sebuah meja dengan arah yang sama, masing-masing anak gayanya 10 N dan 20 N. Besar resultan kedua gaya tersebut …..
a. 2 N b. 10 N c. 20 N d. 30 N
kunci : d
Instrumen isian singkat :
Jelaskan mengapa balok dengan permukaan licin yang ditarik dengan sebuah neraca pegas lebih cepat dibandingkan dengan balok permukaan kasar ?
Jawab ;
Karena permukaan balok dengan permukaan licin gaya geseknya kecil


Uji Petik Prosedur :
Lembar penilaian presentasi tiap kelompok ; menggambarkan arah gaya dan resultan
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Cara melukiskan arah gaya
3 Cara mengukur besarnya gaya dengan menggunakan neraca pegas
4 Cara menjumlahkan resultan gaya
Jumlah Rata-rata

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik


Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................












RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 2 -

Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.2 Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari

o Indikator :
1. Mendemonstrasikan dengan benar hukum I Newton secara sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
2. Mendemonstrasikan dengan benar hukum II Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
3. Mendemonstrasikan dengan benar hukum III Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )


A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu melakukan percobaan tentang hokum Newton
2. Peserta didik mampu mengaplikasikan hokum Newton dalam kehidupan sehari-hari

B. MATERI PEMBELAJARAN
- Hukum Newton

C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Kooperatif learning : Direct Inmstruction (DI)
Metode : - Demonstrasi / percobaan, diskusi kelompok

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :

1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan tentang konsep gaya
- Motivasi : Apa yang terjadi ketika anda menaiki sebuah kendaraan tiba-tiba direm atau digas mendadak ?

2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang gaya kaitannya dengan hokum Newton
b. Peserta didik mendemonstrasikan percobaan tentang hukum Newton I dengan menarik kertas yang diatasnya diletakkan penghapus secara perlahan dan secara cepat.
c. Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
d. Peserta didik mendemonstrasikan percobaan tentang hokum Newton II dengan menarik balok di atas meja oleh neraca pegas, dan membiarkan balok diam di atas meja.
e. Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya.
3. Kegiatan penutup
1. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran
3. Guru memberikan penghargaan pada peserta didik yang aktif
4. Guru melakukan tes
5. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya dengan memberi tugas

Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan kembalio tentang hokum Newton I dan II
- Motivasi : Mengapa kalau mobil bertabrakan dua-duanya rusak ?

2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal siswa melalui Tanya jawab
b. Guru meminta peserta didik untuk melemparkan bola ke tembok dan peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
c. Guru melakukan Tanya jawab tentang penerapan hukum Newton

3. Kegiatan penutup
a. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.]
b. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran
c. Guru melakukan tes.


E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket IPA
2. Neraca Pegas
3. Balok , bola
4. LKS
F. PENILAIAN
b. Tes Penilaian
i. Tes unjuk kerja
ii. Tes tertulis
c. Bentuk instrument
i. Tes Unjuk kerja
ii. Tes tulis
d. Contoh Instrumen :
- Tes unjuk kerja
Demonstrasikan tentang hukum Newton I dan jelaskan !
- Tes tulis
Sebutkan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hukum 3 newton !

Penilaian tes unjuk kerja
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kebenaran konsep
Jumlah Rata-rata

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik

Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 3 -

Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip “Usaha dan Energi” serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari


o Indikator :
1. Menunjukkan dengan cermat bentuk – bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari – hari.
2. Mengaplikasikan dengan sungguh-sungguh konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari – hari.
3. Membedakan dengan benar konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak.
4. Mengenalkan dengan baik hukum kekekalan energi melalui contoh alam kehidupan sehari – hari.
5. Menjelaskan dengan benar kaitan antara energi dan usaha.
6. Menunjukkan dengan benar penerapan daya dalam kehidupan sehari - hari
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi bentuk – bentuk energi melalui pengamatan.
2. Peserta didik mampu membedakan energi kinetic dan energi potensial melalui pengamatan.
3. Peserta didik mampu memaparkan kaitan usaha energi dan gaya.

B. MATERI PEMBELAJARAN
- Bentuk – bentuk energi dan perubahannya
- Hukum kekekalan energi
- Usaha
- Gaya
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
PBI
Metode : - Demonstrasi
- Diskusi

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :

1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru menanyakan tentang usaha, energi, dan daya
- Motivasi : Bagaimana usaha, energi, dan daya ditinjau dari fisika ?

2. Kegiatan Inti :
a. Peserta didik membaca literature tentang energi dan mengisi LKS
b. Peserta didik mengidentifikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari – hari.
c. Peserta didik membedakan konsep energi potensial dan energi kinetic pada suatu benda yang bergerak, pada peristiwa buah kelapa jatuh.

3. Kegiatan penutup
1. Guru membimbing peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep.
3. Guru melakukan tes lisan dna tes tulis.

Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan kembali perubahan energi
- Motivasi : Apakah energi itu kekal ?

2. Kegiatan Inti :
a. Peserta didik mendiskusikan perubahan perubahan energi pada kelapa jatuh yang mencirikan bahwa energi kekal.
b. Peserta didik membaca literature kaitan energi dan usaha.
c. Peserta didik membaca literature tentang daya
d. Peserta didik mengidentifikasi penerapan daya dalam kehidupan sehari – hari.




3. Kegiatan penutup
a. Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan.
b. Guru memberikan pengembangan konsep.
c. Guru melakukan tes tulis.

E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket IPA
2. LKS

F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Lisan
2. Bentuk instrument
a. Daftar Pertanyaan
b. Tes Uraian
3. Contoh Instrumen :
a. Test Lisan
Apakah yang kamu ketahui tentang bentuk – bentuk energi ?
Jawaban : Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha bentuk-bentuk energi dalam kehidupan adalah energi listrik, energi cahaya, energi kimia, dst.
b. Apakah perbedaan antara energi dan usaha ?
Jawaban : Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha sedangkan usaha adalah transfer energi melalui gaya.

Penilaian tes unjuk kerja
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kebenaran konsep
Jumlah Rata-rata

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................


















































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )


Sekolah : …………………..
Kelas : VIII (Delapan)
Mata Pelajaran : IPA FISIKA


I. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.

II. Kompetensi Dasar
5.4. Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

III. Indikator
1. Menunjukkan dengan benar penggunaan beberapa pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya tuas (pengungkit), katrol tunggal baik yang tetap maupun yang bergerak, bidang miring, dan roda gigi (gear).
2. Menyelesaikan masalah secara kuantitatif sederhana yang berhubungan dengan pesawat sederhana dengan benar


IV. KKM : 65
V. Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )

VI. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian pesawat sederhana.
2. Menyebutkan pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjelaskan mekanisme pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menyebutkan macam-macam tuas.
5. Menjelaskan prinsip kerja tuas.
6. Menjelaskan keuntungan mekanik tuas.
7. Menjelaskan keuntungan mekanik katrol.
8. Menjelaskan prinsip kerja bidang miring.
9. Menjelaskan keuntungan mekanik bidang miring.
10. Menyebutkan contoh pemanfaatan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari.
11. Menyelidiki bidang miring pada sekrup.
12. Menjelaskan prinsip kerja roda gigi (gir).


VII. Materi Pembelajaran
Pesawat sederhana:
a. Tuas/ Pengungkit











b. Bidang miring




c. Katrol

Katrol Tetap Katrol bergerak









VIII. Metode Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
- Observasi
- Ceramah

IX. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA

a. Kegiatan Pendahuluan
• Motivasi dan Apersepsi:
- Benarkah yang disebut pesawat harus selalu peralatan rumit dan menggunakan teknologi tinggi?
- Bagaimana menghitung keuntungan mekanik sistem katrol?
• Prasyarat pengetahuan:
- Apakah yang dimaksud dengan pesawat sederhana?
- Apakah yang dimaksud dengan keuntungan mekanik?
• Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.

b. Kegiatan Inti
• Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian pesawat sederhana.
• Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
• Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil sebilah papan yang kuat sepanjang 1 m, sebuah beban bermassa kira-kira 10 kg, kayu berbentuk prisma segitiga, dan sebuah neraca pegas dengan skala terbesar 500 N.
• Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengamati prinsip kerja tuas (Kegiatan 2.7 h.44).
• Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.
• Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
• Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai macam-macam tuas berdasarkan susunan kuasa, penumpu, dan beban.
• Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan prinsip kerja tuas.
• Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
• Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan keuntungan mekanik tuas.
• Peserta didik memperhatikan prinsip kerja katrol yang disampaikan oleh guru.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan keuntungan mekanik katrol.
• Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan keuntungan mekanik tuas dan katrol.
• Guru memberikan beberapa soal menentukan keuntungan mekanik tuas dan katrol untuk dikerjakan oleh peserta didik.
• Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan
c. Kegiatan Penutup
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
• Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


PERTEMUAN KEDUA

a. Kegiatan Pendahuluan
• Motivasi dan Apersepsi:
- Benarkah dengan menggunakan bidang miring, gaya dorong yang dibutuhkan menjadi lebih kecil daripada berat beban?
- Adakah pesawat sederhana yang dapat menggandakan gerakan?
• Prasyarat pengetahuan:
- Bagaimana prinsip kerja bidang miring?
- Bagaimana prinsip kerja roda gigi (gir)?
• Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.

b. Kegiatan Inti
• Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
• Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil selembar kertas, gunting, dan pensil.
• Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen menyelidiki bidang miring pada sekrup (Kegiatan 2.10 h.50).
• Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.
• Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
• Peserta didik memperhatikan prinsip kerja bidang miring yang disampaikan oleh guru.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan keuntungan mekanik bidang miring.
• Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan keuntungan mekanik bidang miring.
• Guru memberikan beberapa soal menentukan keuntungan mekanik bidang miring untuk dikerjakan oleh peserta didik.
• Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
• Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemanfaatan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari.
• Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
• Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
• Peserta didik memperhatikan prinsip kerja roda gigi (gir) yang disampaikan oleh guru.

c. Kegiatan Penutup
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
• Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

VIII. Sumber Belajar
a. Buku IPA Fisika Jl.2 halaman 43-58
b. Buku referensi yang relevan
c. Lingkungan
d. Alat dan bahan praktikum

IX. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian:
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Uji petik kerja prosedur
- Tes uraian

c. Contoh Instrumen:
- Contoh tes uraian
Seseorang hanya mampu mengangkat benda dengan gaya 60 N. Tentukan berat beban yang sanggup ia angkat, jika:
a. menggunakan satu katrol tetap
b. menggunakan satu katrol bergerak








Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................












RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 4 -

Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.4 Menyelidiki tekanan pada benda cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


o Indikator :
1. Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan dengan tepat
2. Mengaplikasi dengan tepat prisip bejana berhubungan
3. Mendeskripsikan dengan benar hukum Pascal dan hukum Archimides melalui percobaan sederhana.
4. Menunjukan dengan benar beberapa produk teknologi yang berhubungan dengan konsep benda terapung, melayang dan tenggelam.
5. Mengaplikasikan dengan benar konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam.

o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu memaparkan teori tentang tekanan melalui study pustaka.
2. Peserta didik mampu merancang percobaan sederhana untuk menyelidiki tekanan.

B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Tekanan oleh zat padat
2. Tekanan Hidrostatis
3. Prinsip pascal
4. Hukum Archimides
5. Tekanan udara

C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
Metode : - Demonstrasi
- Diskusi


D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :

1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan mengenai tekanan
- Motivasi : Apa yang terjadi jika sepatu wanita berhak lancip dan sepatu pria berhak lebar berada diatas tanah lembek.

2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang tekanan.
o Guru mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan sederhana untuk mengidentifikasi tekanan pada benda yang permukaannya kecil dan benda yang permukaannya besar.
o Guru membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja.
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaan.

3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.

Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali tentang hubungan gaya, tekanan, dan luas bidang tekan.
o Motivasi : Mengapa benda yang permukaannya kecil, tekanannya lebih besar ?

2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan peserta didik melalui tanya jawab tentang Tekanan Hidrostatis dan prinsip hukum Pascal.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan tekanan hidrostatis.
o Membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kelompok

3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Memberikan pengembangan konsep.
3. Membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.

E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa
2. Paku besar
3. Model Bejana Berhubungan

F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
a. Isian singkat
b. Uji petik kerja prosedur atau produk
3. Contoh Instrumen :
a. Instrumen singkat
1. Manakah yang lebih besar tekanannya jika pria dan wanita bersepatu dangan berat tubuh sama berada diatas tanah yang lembek?Jelaskan
Jawab : Wanita bersepatu, karena biasanya hak sepatu wanita alasnya lebih kecil (runcing)
2. Apakah yang harus diperbesar pada paku tumpul, apabila ingin masuk kedalam kayu dengan kedalaman sama dengan paku runcing.
Jawab : tekanannya (pukulan lebih keras)
b. Uji petik prosedur : Sebuah kaleng dilubangi vertical (3 lubang), kemudian diisi air :
- Bandingkan tekanan air dari ke 3 lubang.
- Mengapa lubang paling bawah, tekanannya paling besar.
Lembar penilaian presentasi.
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan umum
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kemampuan menyimpulkan
5 Kemampuan menghargai pendapat orang lain
6 Kebenaran konsep

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Uji Petik prosedur dan produk
Mengidentifikasi Tekanan Hidrostatis pada Bejana Berhubungan Lembar penilaian presentasi.
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Persiapan
2 Mengukur air di bejana
3 Cara pemasangan
4 Cara menghitung tekanan
5 Prosedur akhir (laporan)

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik


Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................









RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 5 -

Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
o Kompetensi dasar : 7.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya.

o Indikator :
1. Mengidentifikasikan dengan benar getaran pada kehidupan sehari-hari.
2. menghitung dengan benar perioda dan frekuensi suatu getaran.
3. Membedakan dengan benar karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.
4. Menghitung dengan teliti frekuensi gelombang dengan menggunakan hubungan antara kecepatan rambat gelombang, frekuensi dan panjang gelombang
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu merancang percobaan untuk menyelidiki getaran
2. Peserta didik mampu mempraktikkan pengertian getaran
3. Peserta didik mampu mempraktikan gelombang longitudinal dan gelombang transversal
4. Peserta didik mampu merumuskan hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi
dan panjang gelombang.

B. MATERI PEMBELAJARAN
GETARAN DAN GELOMBANG
1. Pertemuan 1 : Pengertian getaran, frekuensi getaran dan periode getaran
2. Pertemuan 2 : Gelombang, Macam-macam gelombang, hubungan antara V,  dan f

C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)

Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :

1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru bertanya kepada siswa tentang getaran
- Motivasi : Guru meminta siswa menyentuh unjung jari pada tenggorokan saat
berbicara, apa yang dirasakan ?

2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang getaran
o Guru mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk mengidentifikasi getaran
o Guru berkeliling untuk membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok.
o Melalui percobaan peserta didik mampu menghitung hubungan antara periode dan frekuensi getaran, sebelumnya dengan dibimbing guru, mpeserta didik memahami rumus hubungan antara periode dan frekuensi.
o Setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.

3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
o Guru memberikan tugas rumah (PR)

Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali tentang konsep getaran
o Motivasi : Bertanya kepada siswa , Apa yang terjadi apabila air yang tenang dilempar batu ?

2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan peserta didik .
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk mengidentifikasi gelombang.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.

3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
6. Guru memberikan tugas pekerjaan rumah.

E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Statif, klem, benang, bandul, pegas, stop watch.

F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
c. PG dan Isian singkat
d. Uji petik kerja prosedur atau produk
Lembar penilaian presentasi.
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan umum
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kemampuan menyimpulkan
5 Kemampuan menghargai pendapat orang lain
6 Kebenaran konsep

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Uji Petik prosedur dan produk
Mengidentifikasi Getaran
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Persiapan
2
3
4
5

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik

Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................

























RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 6 -

Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
o Kompetensi dasar : 7.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.

o Indikator :
1. Membedakan infrasonik, ultrasonik dan audiosonik dengan benar
2. Membuktikan dengan benar terjadinya gelombang bunyi
3. menunjukkan dengan benar gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari
4. Memberikan contoh dengan cermat pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi

o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu memahami pengertian bunyi, frekuensi bunyi dan karakteristik
gelombang bunyi.
2. Peserta didik mampu pemenfaatan dan dampak dari sifat gelombang bunyi

B. MATERI PEMBELAJARAN
- Pengertian bunyi
- Frekuensi bunyi
- Karakteristik bunyi
- Resonansi ( resonansi pada ayunan, alat yang bekerja berdasarkan resonansi )
- Pemantulan bunyi ( macam-macam bunyi pantul, cepat rambat bunyi, pemanfaatan
pemantulan bunyi.)


C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)

Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :

1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru menanyakan kembali tentang getaran dan gelombang.
Motivasi : Mengapa kelelawar yang terbang di malam hari tidak pernah bertabrakan
dengan benda-benda yang dibawahnya ?

2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang bunyi
o Berdiskusi dengan peserta didik tentang perbedaan infrasonic, ultrasonic, audiosonik dan karakteristik gelombang bunyi.
o Memberikan pembelajaran langsung tentang hubungan antara cepat rambat bunyi, jarak tempuh, dan waktu tempuh, dan meminta peserta bdidik untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
o Meminta salah seorang peserta didik menuliskan pekerjaannya di papan tulis, dan ditanggapi oleh peserta didik lain. Guru memastikan seluruh siswa telah mengetahui jawaban yang benar.
3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
o Guru memberikan tugas rumah (PR)

Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali tentang konsep bunyi
o Motivasi : Mengapa waktu terdengar bunyi guntur atau ledakan yang kuat dekat rumah, kaca jendela bergetar ?

2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang bunyi.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk memahami gejala resonansi.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk memahami pemantulan gelombang bunyi.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.

3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.

E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Bandul, tali, statif, kawat
3. Jam meja, gulungan karton, busur derajat, papan kayu, dinding pemantul.

F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
a. Uraian singkat
b. Uji petik kerja prosedur atau produk
3. Contoh instrument :
1. Jelaskan perbedaan antara audiosonik, infrasonik dan ultrasonic !
Kunci :
Audiosonik : adalah bunyi yang dapat didengar manusia dengan frekuensi berkisar antara
20 Hz – 20.000 Hz.
Infrasonik : adalah bunyi yang sangat rendah, tidak dapat didengar oleh manusia, dengan
frekuensi di bawah 20 Hz.
Ultrasonik : adalah bunyi yang sangat tinggi, tidak dapat didengar oleh manusia, dengan
Frekuensi di atas 20.000 Hz.

- Instrument uji petik kerja prosedur :
Topik kegiatan : Resonansi dan ayunan
Hari / Tanggal :
Nama Siswa :

No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Cara merangkai alat dan bahan
2 Cara mengayunkan bandul
3 Kebenaran membuat data hasil eksperimen
4 Kemampuan membuat kesimpulan
Rata-rata

Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik


Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................

















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 7 -

Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
o Kompetensi dasar : 7.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan
berbagai bentuk cermin dan lensa.

o Indikator
:
1. Merancang dan melakukan percobaan dengan benar untuk menunjukikan sifat-sifat perambatan cahaya
2. Menjelaskan dengan benar hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
3. Menjelaskan dengan benar hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
4. Mendeskripsikan dengan benar proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
5. Mendeskripsikan dengan benar proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 6 x 40 menit ( 3 kali pertemuan )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu merancang percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
2. Peserta didik mampu melakukan percobaan untuk menjelaskan hukum pemantulan dan hukum pembiasan.
3. Peserta didik mampu melakukan percobaan untuk menyelidiki sifat-sifat bayangan pada cermin dan pada lensa.

B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Materi Pokok : CAHAYA ( OPTIK GEOMETRIK )
2. SUB MATERI POKOK :
a. Cahaya merambat lurus
a. Pemantulan cahaya
- Hukum pemantulan cahaya
- Cermin datar
- Pemantulan cahaya pada cermin lengkung
- Pembentukan bayangan pada cermin lengkung
c. Pembiasan cahaya
- Hukum pembiasan cahaya
- Pembisan cahaya pada lensa lengkung
- Pembentukan bayangan pada lensa lengkung


C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)

Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :

1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan mengenai cahaya
- Motivasi : Bagaimana perambatan cahaya sehingga cahaya matahari bias sampai ke
bumi ?

2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang cahaya
o Guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kooperatif.
o Secara kelompok peserta didik melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa cahaya merambat lurus.
o Secara kelompok peserta didik melakukan percobaan untuk menemukan hukum pemantulan cahaya.
o Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil percobannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.

3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
o Guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya tiap kelompok membawa 2 cermin datar yang berukuran sama, penggaris, jangka, lampu senter / lilin.
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali hukum pemantulan cahaya
o Motivasi : - Ada berapakah bayangan seorang yang bercermin di depan 2 cermin
datar yang saling tegak lurus ?
- Apa yang kamu lihat ketika bercermin di depan sendok ?
- Mengapa wajahmu di dalam sendok tampak lebih besar ?
2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang pemantulan cahaya.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk mendapatkan bayangan yang dibentuk oleh 2 buah cermin datar dengan sudut yang berbeda-beda.
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan pemantulan pada cermin cekung dan cermin cembung
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
Pertemuan ketiga :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali pemantulan cahaya pada cermin lengkung
( cembung dan cekung )
Motivasi : - Mengapa sehabis hujan sering kita melihat pelangi di langit ?
- Bagaimana cara mengetahui jarak bayangan, tinggi bayangan, di depan
lensa cembung atau lensa cekung ?
2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang pemantulan cahaya.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk menemukan hukum pembiasan cahaya.
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan pembiasan cahaya pada lensa cekung dan lensa cembung
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Meja optic, cermin datar, cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung, lensa cembung, lampu senter / lilin, kertas karton, jarum, layer putih, korek api, mistar, jangka, plastisin.
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
a. PG dan Uraian / Isian
b. Uji petik kerja prosedur atau produk
3. Contoh instrument :
a. Instrumen PG :
1. Gambar pemantulan cahaya yang benar adalah ……..
a. N b. N




c. N d. N








Kunci : D
b. Instrumen Uraian !
Jelaskan terjadinya fatamorgana !
Jawab :
Fatamorgana terjadi karena permukaan jalan mendapat sinar matahari dengan intensitas kuat, maka terjadi perbedaan suhu udara yang besar di atas aspal. Suhu di atas aspal lebih panas sehingga menjadi optic kurang rapat, sehingga :
a. Sinar matahari melalui optic yang lebih rapat ke optic yang kurang rapat dan dibiaskan menjauhi normal.
b. Sinar bias ada yang dipantulkan sempurna sehiungga seolah-olah melihat bayangan langit seperti genangan air hujan.
- Instrument uji petik kerja prosedur :
Merancang percobaan untuk menunjukkan cahaya merambat dengan arah lurus.

No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Persiapan
2 Cara meletakkan kertas karton yang dilubangi dengan lampu
3 Cara pengamatan / melihat
4 Cara menganalisa hasil pengamatan
5 Cara menyimpulkan
Rata-rata
Kriteria
1 : Kurang 3 : Baik
2 : Cukup 4 : Sangat Baik


Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ....................................








RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 8 -

Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA


o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan
optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi dasar : 7.4 Mendeskripsikan alat-alat optic dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

o Indikator :

6. Menjelaskan dengan benar fungsi lensa mata sebagai alat optik
7. Menentukan sifat bayangan benda pada retina dengan benar
8. Menjelaskan dengan benar beberapa cacat mata dan penggunaan kaca mata
9. Mengenali dengan baik bagian-bagian kamera sebagai alat optik
10. Menjelaskan dengan benar manfaat lup sebagai alat optik
11. Menjelaskan dengan benar cara kerja beberapa produk teknologi yang relevan, seperti : mikroskop, berbagai jenis teropong, periskop dan sebagainya
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
4. Peserta didik mampu membedakan rabun dekat dan rabun jauh
5. Peserta didik mampu menjelaskan prinsip kerja dari alat-alat optik.

B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Fungsi mata sebagai alat optic
2. Pembentukan bayangan benda pada retina
3. Cacat mata dan penggunaan kaca mata
4. Kamera
5. Lup
6. Mikroskop
7. Teropong
8. Periskop.

C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok

D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :

1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan mengenai bayangan nyata dengan bayangan maya.
- Motivasi : Menunjukkan gambar mata dan bagian-bagiannya

2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang terjadinya bayangan nyata dan bayangan maya.
o Guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kooperatif.
o Secara kelompok peserta didik untuk mengamati gambar mata, kamera, serta mengidentifikasi bagian-bagian dan fuingsinya.
o Guru berkeliling untuk membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok.
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil pengamatannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.

3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.

Pertemuan kedua :

1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali mengenai bayangan nyata dan bayangan maya.
Motivasi : - Menunjukkan mikroskop berikut bagian-bagiannya.

2. Kegiatan Inti :
o Guru mengingatkan kembali konsep-konsep esensial meliputi lensa cembung tebal, lensa cembung tipis, titik focus dan panjang fokus.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara bergantian peserta didik mengamati obyek malalui mikroskop.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan dan mendiskusikan cara kerjanya dengan bantuan gambar.

3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.

E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Charta mata, Mikroskop, Kamera ( charta )

F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
2. Bentuk instrument
a. PG dan Uraian / Isian
3. Contoh instrument :
a. Instrumen PG :
1. Orang rabun dekat harus memakai …..
a. cermin cekung
b. cermin cembung
c. lensa cembung
d. lensa cekung
Kunci : C
Instrument isian singkat :
Jelaskan sifat bayangan yang dihasilkan oleh mikroskop !

Mengetahui :
Kepala SMP .........................




...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,




............................................
NIP. ...................................